Followers

Saturday, December 11, 2010

LOWONGAN GURU DESEMBER 2010

SMP-SMA INSAN CENDEKIA AL-MUJTABA SUKOHARJO, membutuhkan guru:

1. Matematika
2. Fisika
3. Kimia
4. Biologi
5. Bahasa Indonesia
6. Bahasa Inggris
7. Kewarganegaraan
8. Ekonomi
9. Geografi
10. Sejarah
11. Sosiologi
12. Teknologi Informatika dan Komputer
13. Bimbingan konseling
14. LABORAN



Syarat:
- Muslim / Muslimah
- Usia minimal 26 tahun per Januari 2010
- Lulusan S1 untuk guru dan D3 untuk laboran
- IPK min 2,75
- Berpengalaman diutamakan
- Bersedia mengikuti ujian dan ditempatkan di Surakarta



Berkas Lamaran dikirim paling lambat 17 Desember 2010 ke:

SMP-SMA INSAN CENDEKIA AL-MUJTABA SUKOHARJO
Jl . Ovensari, Ds. Kadilungu, Baki, SKH
Telp (0271)6727302, kodepos 575556

Saturday, November 20, 2010

IBU PENJELAJAH 16 NEGARA

Tidak rugi ternyata lembur hari Rabu kemarin. Meski jari-jari seakan sudah bosan melekat ditempatnya, yang mungkin saja itu wujud protes mereka sejak pagi sampai jam 10 malam diberi amanah menggenggam golok mencincang daging sapi qurban. Tapi alhamdulillah banyak pelajaran didapat hari itu.

1. Pelajaran pertama : Bawalah golok atau pisau yang tajam kalau mau bantu proses pemotongan daging qurban.

Penting buat kita untuk mempersiapakan alat-alat qurban sehari sebelumnya kalau tidak mau malu di hari-H. Seperti yang saya alami kemarin, barangkali alokasi waktu buat mengasah golok sama lamanya dengan alokasi waktu mencincang daging. Untung saja pisau punya murid-murid yang lain sama tumpulnya, jadinya gak terlalu kelihatan sibuk sendiri mengasah golok. Bayangkan kalau disaat yang lain sibuk mencincang daging kita malah sendiri sebentar-sebentar mengasah pisau…

2. Pelajaran kedua : Jangan jadi ketua panitia qurban menjelang nikah.

Ceritanya yang jadi ketua panitia qurban kemarin adalah salah satu guru di sekolah. Hebatnya empat hari setelah idul Adha ternyata beliau mau walimatul ursy. Karena waktu itu mungkin saja beliau kurang fokus, banyak teman-teman panitia lain yang sedikit mengeluh karena semua kebijakan dan permasalahan akhirnya kembali ke bapak kepala sekolah. Bukan saya ngajari untuk menolak amanah dari masyarakat atau dari instansi tempat kita bekerja, tapi coba kita mengukur kemampuan diri sendiri. Tapi saya tetap acungi empat jempol kepada bapak ketua panitia. Disela-sela ruwetnya aktivitas hari itu, beliau masih sempat ngeprint dan bagi undangan walimah ke guru-guru dan karyawan termasuk ke saya.

3. Pelajaran ketiga : jangan duduk terlalu dekat dengan ibu-ibu.

Yang satu ini mungkin khusus buat konsumsi teman-teman ikhwan. Bayangkan saja dijadikan bahan bercandaan habis-habisan. Ada yang bilang mau dijadikan mantu … “sayang anak-anake ibu-ibu niki sampun mentas sedoyo mas, sampun kagungan putu sedoyo mas”. Ada ibu yang manggil “lhe…lhe…”, saya dikira salah satu murid SMA. Alhamdulillah ternyata terbukti kalau saya memang kelihatan masih muda. Yang bikin heboh lagi ada salah satu bapak CS yang nyelethuk “untung saja ibu’e dah tua pak, kalau masih muda bisa jatuh cinta….”. Serentak seperti paduan suara, bbrrrrrrrrrrrrr….

Sebenarnya kemarin tidak sengaja ambil posisi dekat gerombolan ibu-ibu. Niat saya hanya ingin sami’na wa atho’na kepada kakek saya saja, pasalnya beliau memberi wejangan ke saya sebelum berangkat : “goloke mbahe ojo kanggo nyacah balung yo lhe, kanggo ngiris daging wae mengko mundak gerimpil”. Kebetulan saja bagian nyincang daging adalah ibu-ibu dan murid-murid di sekolah. Akhirnya demi melaksanakan amanah sang kakek, terjebaklah saya di rombongan ibu-ibu tua yang ceria penuh tawa.

4. Pelajaran keempat : Jangan mau kalah dengan ibu penjelajah 16 negara.

Meski malu tiada tara dijadikan bahan bercanda, tapi ada sebuah pelajaran yang sangat berharga ketika satu lokasi dengan ibu-ibu perkasa itu. Salah satu ibu tua yang duduk di depan saya bercerita bahwa beliau sudah pernah tinggal di 16 negara. LUAR BIASA!!! Tidak hanya mampir atau wisata, tapi benar-benar tinggal dan menetap minimal tiga sampai empat bulan di tiap-tiap negara. Awalnya saya juga agak ragu dengan cerita beliau tapi seorang ibu yang duduk di sebelahnya kemudian menepis keraguan saya ketika beliau memberikan kesaksiannya. Sambil mencincang dan menimbang daging qurban, ibu tadi asyik bercerita, “saya pernah tinggal di Amerika, Arab, Irak, Spanyol, Korea …”. Sudah tiga benua beliau singgahi, saya jadi penasaran kemudian bertanya, “ ke Mesir pernah Bu?”. Dengan nada datar tanpa kesombongan beliau menjawab, “ Pernah mas, saya dulu tinggal di Kairo , itu lho sungai apa namanya…”, setelah kelihatan berdikir sebentar beliau melanjutkan, “iya sungai Nil, saya dulu tinggal di dekat pinggiran sungai Nil itu”. Mantab sekali, empat benua sudah dijelajahinya kawan. Beliau tambahkan lagi, “Yang belum pernah saya tinggali cuma Australia”.

Siapa mau mengikuti jejak beliau? Jangan mengira beliau miliarder, dosen, pengusaha, ilmuwan, apalagi pejabat. Beliau hanya bekerja di luar negeri sana. Pekerjaannya pun cukup unik, kadang jadi karyawan, kadang jadi koki, kadang juga nemeni dansa orang-orang bule. Kita yang sudah sekolah sampai sarjana jangan mau kalah dengan beliau. Tapi saya sarankan jangan mau diajak bule berdansa.

5. Pelajaran kelima : banggalah jadi orang Indonesia

Saya sampaikan pelajaran kelima ini sebagai rasa hormat saya atas semangat bapak-bapak, ibu-ibu, murid-murid, dan teman-teman kantor dalam prosesi qurban kemarin. Merekalah mungkin orang-orang yang masih memiliki semangat dan darah orang Indonesia asli. Mungkin saja mereka belum pernah makan makanan aneh-aneh dari barat. Kelihatan sekali rasa kekeluargaan, keakraban, semangat dan pantang menyerah.

Berbeda sekali dengan orang-orang Turki yang juga rekan-rekan dan pimpinan dikantor. Dari yang pimpinan sampai karyawan, dari yang tua sampai yang paling muda, dari yang paling tinggi sampai yang paling pendek seperti kita-kita, tak terlihat satu pun yang bantu proses qurban. Ada seorang bapak-bapak dengan rambut dan jenggot putih cuma mondar-mandir bawa kamera. Anak-anaknya apalagi, kesana-kemari gak jelas kerjaannya. Para guru saya lihat malahan pada duduk-duduk didepan komputer di ruang male teacher. Giliran malam hari tiba, saat teman-teman sebangsa dan setanah air masih pada sibuk mencincang daging, mereka malah pesta bakar sate sambil menyaksikan pertunjukan musik dari para murid. Benar-benar kesenjangan yang tidak sedap dipandang mata…

Banggalah teman-teman menjadi bangsa Indonesia dan jagalah kemurnian darah Indonesia yang mengalir dalam tubuh kita.

6. Pelajaran keenam : Pendidikan kalah dengan ketekunan.

Satu lagi pelajaran berharga yang saya dapat saat qurban kemarin adalah tentang ketekunan bekerja. Salah seorang ibu yang duduk tepat di sebelah kanan saya juga tidak mau ketinggalan menceritakan pengalaman hidupnya. Saat ini beliau sudah punya dua kendaraan roda enam dan dua kendaraan roda empat. Beliau sekarang adalah seorang juragan beras yang setiap pekan sering keliling keluar kota untuk berdagang beras. Kalau belum mendengar ceritanya, teman-teman pasti mengira beliau seorang Sarjana Ekonomi Manajemen atau seorang anak juragan kaya yang mewarisi usaha orang tuanya. Salah besar kalau teman-teman mengira demikian karena SD pun beliau tidak tamat. Dengan modal tekun, sabar, dan kerja keras, beliau bisa menjadi seorang juragan seperi sekarang.

Saya tidak kemudian menyarankan supaya teman-teman meninggalkan sekolah atau kuliah kemudian hanya bekerja mengejar harta saja, tapi ilmu tentang tekun dan kerja keras yang bisa kita ambil dari sini. Setinggi apapun kita sekolah kalau tidak kita iringi dengan kerja keras, tekad, dan semangat yang kuat, bisa jadi gelar dan ilmu yang kita miliki tidak akan ada manfaatnya untuk kita sendiri maupun untuk umat manusia.

Sedikit pelajaran di atas semoga bermanfaat buat kita semua. Sebenarnya masih ada beberapa pelajaran yang ingin saya sampaikan seperti : Jangan mengirim SMS bergambar sapi ketika malam Idul Adha dengan beberapa alasan, tapi saya khawatir ada sapi yang tersinggung. Karena kalau tidak salah, salah satu kode etik menulis adalah tidak boleh saling menyinggung sesama ciptaanNya.

Selamat berjuang kawan-kawan, HIDUP SEKALI HIDUPLAH YANG BERARTI!!!

[ Solo - Sragen, 19 Nopember 2010 ]

Monday, November 08, 2010

KEPADA YANG KECEWA TERHADAP PARTAI DAKWAH

Sebelumnya mohon maaf karena pembicaraan ini dibatasi bagi teman-teman yang memahami bahwa dakwah politik adalah sebuah keniscayaan dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam Islam yang syamil mutakamil. Kalau masih ada yang mempermasalahkan boleh atau tidak, bid’ah atau sunnah, halal atau haram, saya mohon untuk cukup berhenti membaca sampai disini. Saya harap mereka mau mengkaji lebih dalam lagi tentang arti dan makna politik dalam kamus besar bahasa Indonesia.

Khilafah Utsmaniyah runtuh karena makar politik, Palestina terjajah sampai sekarang karena makar politik, Amerika dan sekutunya menjamah negeri-negeri Islam dengan makar politik, sebagian besar rakyat Indonesia belum merasakan keadilan dan kesejahteraan sampai sekarang juga karena ketidaklurusan orientasi politik. Itu akibat apabila politik diperankan oleh orang-orang yang salah dalam orientasi berpolitik dan tidak memiliki ideologi yang bersih.

Sebaliknya apabila politik diperankan oleh orang-orang yang memiliki orientasi yang jelas dan bersih maka yang terjadi adalah keadilan, kesejahteraan dan kemenangan umat. Kalau tidak percaya coba saja kaji kembali tentang sejarah Fathu Makkah yang diawali dari perjanjian hudaibiyah dengan kompetensi politik Rasulullah yang luar biasa, tentang sejarah kejayaan Islam yang menaungi dua pertiga dunia dengan kemuliaan, dan sejarah-sejarah gemilang yang lain.

Sangat disayangkan kalau umat Islam saat ini tidak segera bersatu padu dan berupaya untuk meluruskan cara dan orientasi berpolitik serta memanfaatkannya dalam rangka memberikan kesejahteraan kepada umat tetapi justru masih terkurung dengan debat kusir boleh dan tidaknya berpolitik.

Masuk ke pokok pembicaraan, barangkali saat ini kita sering menemui saudara, keluarga, sahabat, binaan, atau bahkan kita sendiri yang mulai merasakan kekecewaan terhadap partai dakwah. Entah kekecewaan itu diungkapkan secara verbal ataupun dari sikap yang terlihat.

Sebelum mengajak diskusi dan memberikan pemahaman sebaiknya ditelusuri terlebih dahulu hal apa yang menyebabkan seseorang kecewa terhadap partai dakwah. Kekecewaan bisa muncul karena ketidakpuasan terhadap capaian partai dakwah dalam berkontribusi menyelesaikan permasalahan bangsa. Hal itu biasa terjadi di kalangan orang-orang eksternal. Kekecewaan bisa juga muncul karena tidak sefaham dengan kebijakan yang ditetapkan oleh para qiyadah atau bisa juga karena kesalahan yang dilakukan oleh oknum-oknum dalam internal partai dakwah. Yang kedua ini biasa terjadi di internal para kader dakwah.

Pada diskusi kali ini, kita akan lebih banyak membahas pada kasus yang kedua. Apabila kekecewaan itu muncul karena tidak sefaham dengan kebijakan yang ditetapkan oleh para qiyadah barangkali kita perlu untuk mengajaknya mengkaji kembali tentang shirah-shirah Islam. Sebagai contoh adalah potongan kisah detik-detik Perjanjian Hudaibiyah sebagai berikut:

Di kalangan kaum Muslimin timbul keheranan terhadap cara dan sikap yang ditempuh Rasulullah. Terhadap lawannya, beliau bersikap sedemikian lunak hingga dianggap oleh kaum Muslimin sebagai tindakan yang terlalu jauh, padahal semestinya -menurut mereka- beliau bersikap keras. Terhadap para sahabatnya, beliau tidak sebagaimana biasanya. Beliau tidak mengajak mereka bermusyawarah sebelum menyetujui syarat-syarat yang diusulkan oleh Quraisy.

Padahal setiap kali beliau menghadapi masalah perang dan damai, beliau selalu meminta pendapat para sahabat, sekalipun adakalanya beliau tidak menerima pendapat yang mereka ajukan. Namun, ketika mengatasi masalah Hudaibiyah itu beliau mengambil prakarsa sendiri dan menetapkan sesuatu yang tidak disukai oleh para sahabat.

Az-Zuhri meriwayatkan sebagai berikut, “Setelah persoalan semakin rumit, dan jalan satu-satunya adalah diadakan perjanjian damai, Umar melompat mendekati Abu Bakar lantas berkata, ‘wahai Abu Bakar, bukankah beliau seorang utusan Allah?’
Abu Bakar menjawab, “Ya jelas!”. Umar berkata lagi, “Dan bukankah kita ini orang-orang muslim?”
“Ya benar”, jawab Abu Bakar.
Umar masih berkata lagi, “Dan bukanlah mereka itu adalah orang-orang musyrik?”
Abu Bakar menjawab, “Ya benar!”
Umar berkata lagi, “Lalu kenapa kita rela agama kita ini direndahkan?”
Abu Bakar menjwab, “Wahai Umar, patuhilah perintah beliau, karena aku bersaksi bahwa beliau adalah utusan Allah.”
Umar berkata, “Aku pun bersaksi bahwa beliau adalah utusan Allah.”
Selanjutanya Umar menghadap Rasulullah saw dan mengatakan, “Bukankah engkau adalah utusan Allah?”
Beliau menjawab, “Ya, benar!”
“Dan bukankah kita ini orang-orang Muslim?” tanya Umar selanjutnya.
Beliau menjawab,”Ya, benar!”
Umar bertanya lagi, “Bukankah mereka adalah orang-orang musyrik?”
“Ya, benar!” jawab Nabi.
Umar berkata, “Lalu kenapa kita rela agama kita ini direndahkan?”
Nabi menjawab, “Aku adalah seorang hamba dan utusanNya, dan aku tidak akan berani menyelisihi perintah-Nya. Allah swt tidak akan pernah menyia-nyiakanku.”
Rasulullah saw kemudian memanggil Ali bin Abi Thalib. Kepadanya beliau berkata, “Tulislah bismillah ar-rahman ar-rahim!”
Suhail sang utusan kaum Quraisy berkata, “Aku tidak mengenal kalimat ini. Tulislah bismillah allahuma!”
Rasulullah saw kemudian bersabda lagi kepada Ali, “Tulislah bismillah allahuma!”. Ali pun menuliskannya.
Selanjutnya beliau bersabda kepada Ali, Tulislah: Ini adalah piagam perjanjian damai yang telah disepakati oleh Muhammad Rasulullah dan Suhail bin ‘Amru.”
Suhail menyahut, “Kalau saja saya mengakui bahwa engkau adalah Rasulullah, tentu saya tidak akan memerangimu. Tetapi tulislah atas namamu dan orang tuamu.”
Rasulullah kemudian memerintahkan Ali, “Tulislah: Ini adalah piagam perjanjian damai yang telah disepakati oleh Muhammad bin Abdullah dan Suhail bin ‘Amru. Keduanya menyetujui gencatan senjata selama sepuluh tahun. Selama masa itu, kedua belah pihak tidak akan saling serang, semua orang terjamin keamanannya. Apabila ada orang dari pihak Quraisy menyeberang kepihak Muhammad tanpa seijin walinya, maka ia harus dikembalikan kepada Quraisy. Sebaliknya, bila ada pengikut Muhammad yang menyeberang ke pihak Quraisy, maka ia tidak akan dikembalikan kepada Muhammad.
Di antara kita (kedua belah pihak) tidak akan menyembunyikan niat jahat. Selama perjanjian ini berlaku, tidak boleh terjadi pencurian dan pengkhianatan kantara satu dengan yang lain. Jika ada pihak yang ingin bersekutu dengan pihak Muhammad, atau yang ingin bersekutu dengan pihak Quraisy, dipersilakan.
Dalam tahun ini, Muhammad dan para sahabatnya harus pulang meninggalkan kota Mekkah dengan ketentuan bahwa tahun berikutnya mereka diperkenankan kembali memasuki kota Makkah dan boleh tinggal selama tiga hari. Namun ini dengan syarat bahwa mereka tidak boleh membawa senjata selain pedang yang disarungkan (tidak dihunuskan).”

Kita perhatikan potongan kisah diatas. Orang sekualitas Umar pun saat itu masih muncul rasa kurang yakin dengan keputusan yang diambil oleh Rasulullah. Saat itu para sahabat merasa sangat dirugikan dengan perjanjian yang telah dibuat tetapi pada akhirnya mereka dan kita semua tau bahwa Perjanjian itu adalah awal dari sebuah kemenangan besar pembebasan Makkah.

Kemudian bagaimana dengan kita yang masih mudah terpengaruh oleh bahasa-bahasa provokatif di media massa. Sangat rawan timbul kesalahfahaman yang berujung pada kekecewaan apabila tidak segera minta penjelasan kepada yang lebih faham. Padahal kita tahu bahwa setiap kebijakan yang dikeluarkan telah dimusyawarahkan oleh para qiyadah yang kompeten di bidang syariat dan juga bidang keilmuan yang lain.

Selain yang telah dibahas diatas, ada juga yang kecewa terhadap partai dakwah karena mendapati kesalahan atau penyimpangan yang dilakukan oleh oknum yang berada didalam partai dakwah. Dalam hal ini sebaiknya kita memahami bahwa partai dakwah bukanlah jama’ah Malaikat yang tidak pernah salah. Kalau saja kader dakwah adalah Malaikat tentu saja tidak akan pernah terjadi peristiwa menyedihkan di bukit Uhud, tidak akan pernah ada fitnah besar perang Saudara pada masa Imam Ali ra, tidak akan pernah ada juga pengkhianatan di benteng kota Aka pada masa Perang Salib, yang semuanya menyebabkan sekian banyak kaum muslimin terbunuh. Kesalahan itu terjadi karena memang aktivis dakwah adalah manusia biasa yang tak luput dari khilah dan salah. Tetapi bukan berarti karena kesalahan-kesalahan itu tadi dakwah kemudian tenggelam dan lenyap, buktinya sampai saat ini Islam tetap eksis dan terus berkembang. Hal itu terjadi karena meskipun kesalahan sering dilakukan oleh oknum-oknum aktivis dakwah, masih banyak orang-orang baik didalam jamaah dakwah yang selalu mengingatkan dan terus berjuang dalam dakwah dengan orientasi yang benar dan lurus.

Begitu juga dengan kita saat ini apabila mendapati kesalahan ataupun penyimpangan yang dilakukan oleh satu dua orang kader sebaiknya segera meluruskan dan mengingatkan bukan malah kecewa dan keluar dari jama’ah dakwah.
Sebagai penutup barangkali bisa ditawarkan tiga pilihan kepada orang yang kecewa terhadap partai dakwah:

1. Tetap teguh dan bersabar berjuang bersama partai dakwah. Karena meskipun mendapati kesalahan dan penyimpangan dilakukan oleh beberapa kader dakwah, tentunya yang baik dan yang masih berpegang teguh pada asholah dakwah lebih banyak dan mendominasi.

2. Apabila kekecewaan itu memang sudah tidak dapat diobati, maka sebaiknya bergabung dengan partai Islam yang lain yang menurutnya masih sesuai dengan apa yang dia yakini. Inilah mungkin jawaban dari pertanyaan salah seorang teman yang memepertanyakan mengapa partai-partai Islam terpecah kalau sebenarnya memiliki tujuan yang sama. Karena memang cara pandang terhadap orientasi dakwah politiknya tidak bisa disamakan. Kalau yang dilihat adalah tujuan yang diverbalkan melalui visi dan misi, jangankan partai-partai Islam, semua partai yang ada di Indonesia punya tujuan yang sama.

3. Apabila semua partai Islam tidak sesuai dengan yang dia yakini, pilihan ketiga adalah buat saja partai Islam sendiri kalau memang mampu. Tentu saja itu akan menambah jumlah dan daftar partai Islam yang katanya punya tujuan yang sebenarnya sama.

Kalau dari tiga alternatif di atas tidak ada yang dipilih, berarti hanya ada satu pilihan buat kita : tinggalkan saja dan lupakan semua omongannya. Karena orang semacam itu ibarat “tong kosong berbunyi nyaring” yang tidak mau atau bahkan tidak mampu untuk melakukan apapun. Hanya satu yang bisa dilakukan dan memang semua orang bisa melakukan : KOMENTAR.
Wallahua’lam.

[ jogja-solo, 20-22 Oktober 2010 ]

Sunday, October 17, 2010

DISKUSI : ERA BARU DAKWAH KAMPUS

Kawan, mari kita berfikir besar. Karena aktivis dakwah teralu besar untuk berfikir hal-hal yang kecil, remeh temeh. Di sekeliling kita sering terdengar berbagai masalah. Yang paling menjamur adalah masalah klasik tetapi dengan modus, taktik, dan intrik yang semakin menarik. Kita semua pasti faham, “koneksi dua medan megnet yang berlawanan”, hubungan antara akhwat dengan ikhwan yang sering diperindah dengan hiasan-hiasan setan. Mari kita lupakan semua itu, biarlah yang ingin mencoba tergilas oleh zaman. Sekarang zaman orang-orang besar, para aktivis dakwah, berfikir hal-hal yang besar. Ide-ide dakwah yang besar untuk negara kita yang besar.

Kita berharap dari diskusi-diskusi akan mengasilkan sesuatu yang bermanfaat untuk dakwah, terutama dakwah kampus. Dan kita yakin perkembangan dakwah kampus akan berimplikasi positif terhadap perbaikan dan pembangunan bangsa Indonesia tercinta.

Tema-tema tentang pembaharuan dakwah kampus pasti sudah banyak diantara kita yang sudah membaca. Arya Sandiyudha, mantan pentolan dakwah di UI, sudah mengulas panjang lebar dalam bukunya “Renovasi Dakwah Kampus”. Seorang mantan penggedhe di UGM, saya lupa namanya, juga telah membahas hal yang sama di bukunya “Paradigma Baru Dakwah Kampus”. Satu dari serial 100 Buku Pengokohan Tarbiyah berjudul “Menuju Kemenangan Dakwah Kampus” juga sangat kontributif guna merefresh kita tentang pengelolaan dakwah kampus.

Tetapi meskipun tema-tema ini sudah banyak dibahas di buku-buku, ada kekhwatiran wacana-wacana pembaharuan dakwah kampus hanya akan menjadi wacana langitan dan hanya akan tersimpan rapat di dalam benak para pembaca. Kita merasa perlu untuk menjadikan semua tadi bahasan “diskusi-diskusi rakyat di warung kopi” supaya lebih membumi.

Kita berharap siapapun yang membaca tulisan ini berkenan untuk memberikan komentar, menyampaikan ide, menumpahkan keresahan, juga meluapkan wacana-wacana ide untuk perubahan dan perbaikan dakwah kampus. Siapapun, baik kita yang masih bergelut dengan aktivitas dakwah kampus maupun veteran dakwah kampus, yang aktiv di Lambaga Dakwah Kampus maupun yang aktiv di lembaga dakwah akademis, pengamat dakwah kampus, bahkan intelegen dakwah kampus sekalipun. Siapapun yang memiliki harapan besar untuk memperbaiki kondisi bangsa dimulai dengan pembangunan moral dan intelektual para generasi muda.

Wacana pertama yang akan coba kita diskusikan adalah ”Mengkapitalisasi (red-memanfaatkan) Iklim Akademis yang kuat untuk optimalisasi proses kaderisasi serta Mengkapitalisasi Kompetensi mahasiswa untuk memberi kontribusi terhadap Mihwar Dauli”.

Bagi kita yang selalu mengikuti perkembangan dakwah, tentunya faham sudah sampai di mana tahapan dakwah saat ini. Terjawablah salah satu dari tujuan dakwah kampus yang seringkali kita pelajari. Saat dimana iron stock hasil dari produksi dakwah kampus, yaitu orang-orang intelektual yang tercerahkan secara moral dan memiliki pandangan hidup yang lurus, memberikan kontribusi besar dalam rangka pembangunan bangsa dan perbaikan pengelolaan negara untuk mewujudkan keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Satu hal yang ironis adalah saat dimana kepercayaan masyarakat sudah sedemikian besarnya kepada para aktivis dakwah untuk mengelola negara, tetapi hal itu tidak diimbangi dengan kuantitas dan kualitas yang memadai dari para aktivis dakwah untuk pengelolaan negara secara menyeluruh. Karena apabila perbaikan hanya dilakukan secara parsial maka tidak akan berdampak signifikan terhadap perbaikan pengelolaan negara. Yang terjadi kemudian adalah kekecewaan masyarakat. Dan apabila itu sudah terjadi maka cukup sulit untuk mendapatkan kepercayaan kembali karena masyarakat saat ini sepertinya telah berfikir praktis dan pragmatis, “sama saja, kami tidak merasakan perubahan”.

Lantas apa yang perlu dilakukan para aktivis dakwah kampus? Itulah pertanyaan yang seharusnya kita jawab bersama-sama. Mempersiapkan sebanyak-banyaknya aktivis dakwah berprestasi yang kompeten di bidangnya serta memiliki integritas moral dan dasar pemahaman tentang cara pandang terhadap jalan hidup yang benar.

Pertanyaan selanjutnya yang muncul adalah bagaimana itu akan terwujud apabila realita di lapangan justru berkebalikan. Banyak mahasiswa berprestasi yang tidak begitu tertarik untuk terlibat dalam aktivitas dakwah kampus, tetapi sebaliknya banyak aktivis dakwah kampus (afwan) yang tidak begitu berprestasi di bidang akademik bahkan untuk segera lulus saja terkendala sekian banyak masalah yang kadang-kadang justru dakwah dijadikan kambing hitam.

Setelah berdiskusi dan mencari informasi dengan teman-teman yang masih aktif di kampus. Ternyata perekrutan tahun ini tidak terlalu ada peningkatan yang signifikan di bandingkan tahun-tahun sebelumnya, bahkan cenderung stagnan. Barangkali itu terjadi karena memang tidak ada inovasi yang berarti dalam proses perekrutan. Lantas bagaimana? Mari kembali pada wacana yang telah disampaikan diatas, “mengkapitalisasi iklim akademis yang kuat untuk optimalisasi proses kaderisasi”.

Kalau kita perhatikan, saat ini hanya beberapa Lembaga Dakwah Kampus saja yang mungkin sudah bisa mengkapitalisasi iklim akademia tersebut. Seringkali kita justru ketinggalan dan kalah branding dengan lembaga yang lain. Dengan diskusi ini kita berharap bisa saling bertukar pikiran dan pengalaman tentang teknis pelaksanaan hal ini. Saat ini LDK belum banyak atau bahkan mungkin belum ada yang memasukkan materi semisal “kiat-kiat berprestasi di kampus” serta mendesian agenda kaderisasi dengan kegiatan training menjadi mahasiswa berprestasi. Bukan berarti LDK meninggalkan materi-materi pembetukan kepribadian muslim yang baik tetapi bagaimana LDK mampu memadukan dua hal tersebut. Materi pembentukan kepribadian dipadukan dengan materi training menjadi mahasiswa berprestasi. Bukankan berprestasi juga merupakan ciri kepribadian muslim yang baik.

Akan muncul pertanyaan dan pernyaatan yang baru lagi. Bukankah hal seperti itu sudah dikelola melalui lembaga dakwah akademis? Itulah justru permasalahan yang terjadi. Dengan pengelolaan yang seperti itu justru menimbulkan pemahaman yang kadang keliru di antara para aktivis dakwah, apalagi yang belum memahami substansi dakwah kampus yang sebenarnya. Masih banyak yang mendikotomikan antara aktivitas dakwah dengan akademis. Seringkali muncul statement: ”Saya tidak pantas di lembaga dakwah akademis karena prestasi akademis saya tidak terlalu bagus”. Di kalangan mahasiswa baru pun akan mucul pemahaman yang keliru : ”Saya aktif di lembaga akademis saja, tidak perlu ikut LDK, karena saya ingin menjadi mahasiswa berprestasi.” Seolah-olah tidak semua aktivis dakwah memiliki hak untuk berpretasi di bidang akademis. Dan seolah-olah LDK bukan tempat para mahasiswa berprestasi dan bukan wadah bagi para mahasiswa yang ingin berprestasi.

Bukankah akan lebih efektif dan efisien ketika kerja dua ranah tersebut diwadahi dalam satu lambaga, yaitu Lembaga Dakwah Kampus. LDK yang memperhatikan pembentukan kepribadian muslim yang baik serta memperhatikan penunjangan prestasi akademis para anggotanya dan mahasiswa pada umumnya. Dalam hal pemberdayaan SDM, hal tersebut akan lebih efisien. Dengan itu tidak akan terlalu banyak lembaga yang membutuhkan aktivis dakwah untuk mengelola, karena sampai saat ini permasalahan klasik tarik ulur kader masih menjadi perdebatan yang hangat. Selain itu, perpaduan ini juga diharapkan memberikan citra positif bagi lembaga dakwah kampus dan ativis dakwah kampus. Dan tidak sekedar citra saja tapi juga realita bahwa para aktivis dakwah kampus adalah mahasiswa berprestasi yang kompeten di bidangnya serta memiliki integritas moral dan dasar pemahaman tentang cara pandang terhadap jalan hidup yang benar.

Sementara itu dulu ulasan tentang satu wacana perbaikan dakwah kampus. Di antara kita pasti masih banyak yang memiliki ide, konsep dan pendapat yang lain yang lebih hebat dari yang sudah diutarakan diatas. MARI BERDISKUSI...

[ markas, 17 Oktober 2010 ]

Tuesday, October 05, 2010

SALAH FAHAM ATAU TAK MAU FAHAM?

Merasakan atau tidak kawan, hubungan kita dengan orang-orang terdekat kita terkadang aneh. Aneh atau lucu, silakan pilih sendiri kata yang tepatt. Hubungan kita dengan sahabat kita, teman kos, temen ngaji, partner, keluarga, suami, istri, dan lain sebagainya. Kadang kala pagi hari baik-baik saja, tapi sorenya sudah tidak saling sapa. Hari ini ingin selalu berdekatan dengannya tapi esok hari rasanya tak sudi untuk berjumpa.

Banyak faktor yang menyebabkannya. Menurut analisa sederhana saja:

1. Boleh jadi karena salah satunya punya dua muka.

Ketika bersama suka memuji memuja tapi ketika jauh membuka aib saudara. Kalau ketahuan bisa jadi bencana kawan. Dalam waktu yang sesingkat-singkatnya pasti segera perang dingin bahkan perang terbuka.

2. Boleh jadi karena kondisi kantong kita.

Yang kedua ini pasti ada yang kurang percaya. Coba rasakan sendiri saja. Kata beberapa orang suasana kantong mempengaruhi suasana hati. Kecuali yang kantongnya selalu penuh berisi.

3. Boleh jadi karena cara pandang yang berbeda.

Setiap orang yang tak join kepala, dan memang tak mungkin satu kepala buat bersama kecuali kembar siam, pasti memiliki cara pandang yang berbeda-beda. Meski dua orang kembar sekalipun, saya yakin tidak selalu punya pendapat dan cara berfikir yang sama.

Ada sebuah kisah unik kawan:

Joko dan Budi sama-sama pasien rumah sakit jiwa. Suatu hari ketika mereka sedang jalan bersama di pinggir kolam renang, tiba-tiba Budi melompat ke bagian kolam yang dalam dan tenggelam ke dasar kolam. Tanpa memikirkan keselamatan dirinya, Joko segera menyusul terjun dan menarik Budi ke permukaan. Dia menyelamatkan Budi ke pinggir kolam.

Besoknya adalah hari penilaian tahunan untuk Joko. Dia dibawa ke hadapan dewan pengurus rumah sakit dan sang pimpinan berkata kepadanya,

”Saudara Joko, kami punya berita baik dan berita buruk buatmu. Berita baiknya bahwa mengingat tindakan heroikmu kemarin, kami menganggap kau waras dan kau bisa keluar dari rumah sakit ini untuk kembali ke masyarakat. Berita buruknya adalah, kasihan sekali si Budi, pasien yang kau selamatkan, tidak lama kemudian gantung diri di kamar mandi dengan ikat pinggangnya. Maafkan kami, dia meninggal.”

”Dia tidak gantung diri”, tukas Joko, ”Saya yang menggantungnya disana supaya kering.”

Cukup tersenyum saja kawan, lanjutkan membacanya.

Sulit memang untuk menerima apa yang dilakukan Joko. Tapi akankah anda menyalahkannya? Joko punya cara berfikir sendiri dan anda punya cara berfikir sendiri. Sulit untuk meminta Joko berfikir seperti kita.

4. Boleh jadi karena salah tanda baca.

Yang keempat ini cukup unik kawan. Kemajuan teknologi-lah yang ikut andil didalamnya. Anda yang sedang baca pasti tak ada yang tak punya HP, benar kan? Dan saya yakin 100% pernah kirim sms semua. Teknologi canggih 3 huruf inilah biang keladinya. SMS. Permasalahan muncul ketika sang pengirim kurang seksama menulis karena tergesa-gesa. Atau menulis pakai tangan kiri, karena tangan kanan masih memegang kendali sepeda motornya. Kadang juga menulis sms menggunakan mata hati, pandangan fokus kedepan kelas seolah-olah memperhatikan dosen bicara tapi jari-jari menari membuat kata-kata di bawah meja. Tambah masalah lagi kalau yang menerima kurang jeli membacanya.

Menarik sebenarnya untuk diskusi masalah ini tapi rasanya kran kata sudah tidak mau mengalir lagi. Cukuplah saya sampaikan sebuah kisah, setelah hari ini semoga kita lebih berhati-hati. Berhati-hati menulis sms untuk saudara kita dan berhati-hati membaca sms yang kita terima. Tulislah dengan tanda baca yang tepat dan bacalah dengan intonasi yang tepat.

Seorang dosen bahasa inggris menulis kata-kata berikut di papan tulis:

Woman without her man is nothing.

Kemudan dia meminta para mahasiswa untuk memberikan tanda baca yang tepat.

Para mahasiswa menulis, “Woman, without her man, is nothing.” [Wanita, tanpa pria (pendamping)-nya, tak berarti.]

Para mahasiswi menuilis, “Woman! without her, man is nothing.” [Wanita! tanpa dia, pria tak berarti.]

Apapun sebabnya, kesalahfahaman sering terjadi diantara kita. Pertanyaannya apakah kita mau faham atau tidak dengan kesalahfahaman yang terjadi?



Friday, October 01, 2010

Tunjukkan Kesaktianmu PANCASILA...

[Jum'at, 1 Oktober 2010 - Hari Kesaktian Pancasila]

Sedang menangiskah kau sekarang sang Garuda?

Melihat bangsa tak seperti Pancasila yang kau tempelkan kuat didada

Alangkah mengerikan sekali bangsamu, bangsaku, bangsa kita ini

Konflik antar agama yang katamu BerKetuhanan Yang Esa

Berita pembunuhan, penyiksaan, penculikan, perampokan yang katamu para manusia yang adil dan beradab

Perang antar suku yang katamu bersatu di Indonesia

Suara rakyat tertindas dan terbungkam yang katamu dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan

Kesenjangan sosial dirasakan sebagian besar rakyat yang katamu keadilan untuk semua


Tunjukkanlah kesaktianmu Pancasila

Terbanglah tinggi bersama sang garuda

Menembus langit dan menengadah di surga

Sampaikan pada Tuhan Yang Esa

Supaya Dia menyudahi prahara

Memberikan yang terbaik buat bangsa Indonesia kita tercinta

Monday, September 27, 2010

Istriku Sayang

[[Senin pagi-siang, 27 September 2010 @ ruang perenungan]]

[  Kisah ini hanyalah fiksi tapi terinspirasi dari kisah asli. Kalau ada kesamaan nama tokoh, nama tempat, karakter, warna celana, motif baju, merk motor, model HP, dan lain sebagainya mungkin saja di sengaja mungkin saja tidak sengaja. Harap maklum ]
=========================================


Malam itu tak seperti malam-malam biasanya. Perasaan kedua orang itu gembira setengah mati. Aneh sungguh aneh, padahal malam itu alam sedang tidak bersahabat. Hujan turun seperti air terjun tak terbendung, bertepuk dengan atap rumah mereka yang sebagiannya dari seng terdengar bagai berondongan AK-47 milik densus 88 saat menggerebek orang-orang yang kata penyiar berita adalah gerombolan teroris. Ditambah suara gemuruh halilintar sekali dua kali dan berkali-kali menambah suasana desa yang berada ditengah hutan itu semakin terasa mencekam seperti menonton film perang dunia kedua. Suara jangkrik, burung malam, dan serangga-serangga hutan yang menenteramkan kali ini tak terdengar tapi suasana hati Parjo dan Sri lebih dari sekedar tenteram. Ternyata sepasang suami-istri itu baru pulang dari kota tadi siang, memeriksakan kandungan ke bu Dokter seperti saran bu RT beberapa hari yang lalu.

“Kang, semoga benar ya apa yang dikatakan bu dokter tadi siang”

“Harusnya bener lah Sray”, jawab Parjo kepada istrinya. Sray adalah panggilan sayang Parjo kepada Sri, istirnya. Dia hanya ikut-ikutan orang-orang di TV memanggil kekasihnya dengan Say. Tapi nama istrinya adalah Sri, dia sengaja menambahkan huruf ‘r’ ditengah-tengah supaya lebih beda dan terasa lebih unik baginya.

“Bu dokter kan sudah sekolah bertahun-tahun, apalagi dia punya alat yang di tempel-tempelkan di perutmu tadi. Canggihnya itu alat, bayi kita yang masih didalam perutmu saja sampai Bu dokter bisa tahu”, Parjo semakin meyakinkan istrinya.

“Kalau bener anak kita nanti laki-laki, bapak sama bue pasti seneng banget ya Kang”, Sri tersenyum lebar tampak gembira dengan berita dari bu Dokter tadi siang. Meskipun tulang punggungnya serasa mau copot berjam-jam di bonceng motor suaminya. Pagi-pagi sekali berangkat ke kota dan petang baru sampai lagi di desa mereka tercinta. Lewat jalan panjang tengah hutan, kadang hanya batu dan pasir yang di tata seadanya. Kadang lewat jalan seperti kubangan kerbau yang licin tiada duanya. Kalau malam gelap gulita. Jangankan lampu penerangan jalan, bulan saja tidak setiap malam mau membagi cahayanya. Itulah jalan satu-satunya akses ke desa mereka.

****
Setelah sembilan malam berlalu. Malam ini tak seperti malam sepuruh hari yang lalu. Adzan isya’ baru saja selelesi dikumandangkan, tapi serangga-serangga hutan sudah bersahut-sahutan. Burung-burung malam pun tak mau ketinggalan. Mereka memang tak seperti Beo, Bentet, atau Nuri yang dipelihara di perkotaan. Mereka memang tak bisa menirukan suara kendaraan atau menyebut nama majikan. Suara mereka hanya ‘cuit… cit…cuit…' tapi benar-benar menebarkan kedamaian. Kedamaian mereka, kedamaian alam mereka yang masih tenang, dan kedamaian sahabat-sahabat mereka para penduduk desa di tengah hutan.

“Kamu kenapa Sray?”, tanya Parjo kepada istrinya yang nampak aneh tak seperti biasanya.

“perutku tiba-tiba sakit Kang.”
“Apa anak kita nakal lagi?”

“rasanya tidak seperti biasanya Kang. Kali ini rasanya lebih sakit dan berat sekali.”

Parjo terlihat menghitung-hitung jarinya, kemudian bola matanya berputar ke atas sebentar sambil mulutnya komat-kamit. Sesaat kemudian berkata kepada istrinya,

“kalau sesuai dengan yang di katakan bu Dokter, harusnya kan masih sepuluh hari lagi dari sekarang”. Ternyata Parjo barusan sedang menghitung hari tapi tak seperti Krisdayanti.

Sri meminta suaminya untuk mengantarnya ke kamar. Kemudian Sri minta di bantu berbaring di dipan kayu sederhana yang setiap malam mereka tidur dengan nyaman disana. Dia harap ini hanya sakit biasa karena tendangan bayinya seperti kemarin-kemarin, semakin yakin karena hasil hitungan suaminya tadi. Menurut perkiraan dari bu dokter, kalaupun maju atau mundur paling sekitar seminggu atau tujuh hari. Kang Parjo tadi kan bilang masih sepuluh hari lagi dari perkiraan dokter. Harusnya belum hari ini, terlalu cepat pikirnya.
Setelah beberapa saat berbaring, bukannya semakin nyaman malah rasa sakit si Sri semakin menjadi. Mulutnya mulai merintih-rintih kesakitan. Parjo yang menunggu disampingnya terlihat semakin panik dan gelisah. Dia bingung harus melakukan apa karena itu pengalaman pertamanya akan punya anak. Tiba-tiba dia berlari keluar rumah. Dalam waktu yang tidak lama Parjo sudah tiba lagi di samping istrinya dengan bu RT dan beberapa tetangga.

“Kalau seperti ini berarti sudah saatnya Jo. Kenapa belum juga kau bawa istrimu mondok di PUSKESMAS seperti saranku kemarin. Cepat sana kau telpon Bidan kecamatan untuk datang kesini. Nggak mungkin kalau istrimu yang dibawa ke kecamatan dengan kondisi begini apalagi jalan jelek kesana bisa membahayakan istrimu dan bayinya”, perintah bu RT kepada Parjo dengan perasaan jengkel bercampur kasihan juga gelisah.

“Tapi saya tak punya HP bu”, jawab Parjo semakin bingung dan panik.

“Waduh… ya pinjam Pak RT segera sana. Pak RT juga punya nomer telpon PUSKESMAS.”

Tanpa pikir panjang Parjo segera lari secepat atlit lari nasional. Beberapa menit kemudian dia sudah sampai di rumah lagi.

“Gawat bu RT, setelah saya telpon bu Bidannya tidak mau datang kesini. Katanya mobil dinas PUSKESMAS sedang keluar dan dia tidak sanggup kalau kesini naik motor malam-malam. Dia minta istri saya yang dibawa ke PUSKESMAS”, ucap Parjo kepada bu RT dengan nafas tersengal-sengal. Dia lihat kondisi istrinya semakin menyayat hatinya. Tak tega dia melihat istrinya si Sray tercinta merintih kesakitan.

“Dasar bidan muda, tak seperti para pendahulunya. Kalau ketemu biar saya damprat dia. Kalau begitu segera kau jemput mbah Jinem, dia dukun yang biasa membantu persalinan di desa Wonorejo. Semoga saja dia masih bisa membantu istrimu.”, perintah bu RT ke Parjo dengan nada semakin tinggi karena kesal dengan sikap sang Bidan.

Karena jalan yang tidak bersahabat, Parjo baru sampai di rumah mbah Jinem satu jam kemudian. Dia agak ragu melihat mbah Jinem yang sudah sangat berumur. Bicaranya sudah tidak jelas karena gigi hanya beberapa saja tersisa. Tapi mbah Jinemlah harapannya satu-satunya. Sesegera mungkin dia memboncengkan mbah Jinem menuju rumahnya. Lagi-lagi karena jalan, ditambah memboncengkan seorang yang sudah tua, Parjo sampai dirumahnya sedikit lebih lama. Tepat tiga jam setelah sholat isya’ tadi, tepat tiga jam setelah mulai merasakan sakit diperutnya, si Sri baru tersentuh bantuan dari Mbah Jinem.

Satu jam di pandu oleh mbah Jinem, sang bayi tak juga segera kelihatan. Tak tahu kenapa, apakah karena instruksi mbah Jinem kurang jelas di dengar oleh Sri. Sehingga kalimat yang seharusnya “tarik nafas dalam-dalam”, kedengaran seperti “tai ampas ayam-ayam”. Atau mungkin karena tenaga Sri sudah habis karena bantuan datang terlalu lama. Wajah Sri semakin pucat, sekujur tubuhnya basah dipenuhi keringat. Nafasnya tinggal sisa-sisa, tak seperti sebelumnya. Mbah Jinem pun tak bisa berbuat banyak karena peralatannya hanya seadanya. Suara yang diucapkannya pun juga seadanya. Tak lama kemudian, pukul 23.40, nafas Sri sudah tak tersisa. Suaranya, detak nadinya, detak jantungnya, satu persatu mulai pergi entah kemana. Sri telah tiada. Karena peralatan seadanya, sang bayi pun tak bisa diselamatkan dan menyusul ibunya. Sang bayi juga telah tiada sebelum tiba di dunia.

Parjo tak mampu menahan sesak dalam dadanya, di sudut kamar dia terisak lama. Bahagia beberapa hari yang lalu seketika berubah menjadi derita luar biasa yang tak tahu apa sebab semuanya.
Mungkin salah bu Dokter meramal HPL, tak sehebat sang gurita meramal Spanyol lawan Belanda.
Mungkin salah pemerintah yang tak peduli rakyat jelata. Tak mau memperbaiki jalan desanya, sehingga pergi ke pusat kecamatan yang seharusnya bisa di tempuh setengah jam menjadi lebih dari dua jam perjalanan yang mengerikan.
Mungkin salah pemerintah lagi tak mau membangun PUSKESMAS cabang pembantu di desanya.
Mungkin salah para anggota dewan yang tak bisa memperjuangkan pendidikan gratis, sehingga dia hanya bekerja sebagai buruh tani, penghasilan seadanya dan tak mampu menginapkan istrinya di PUSKESMAS jauh-jauh hari sebelumnya. Anggota dewan hanya pusing memikirkan megaproyek pembangunan gedung DPR di Jakarta sana.
Mungkin salah panitia penerimaan CPNS yang tak pecus menyeleksi bidan dan pegawai pemerintah lainnnya. Atau mungkin salah sang bidan muda yang manja tak mau ke desa menolong persalinan istrinya.
Tapi yang jelas, yang terjadi adalah takdir Tuhan supaya semuanya mau mengambil pelajaran berharga

Thursday, September 23, 2010

MASIH INGATKAH KAWAN MAINAN TEMPO DOELOE??

[ Rabu, 22 September 2010 @ kamar rumah, diatas ari-ari di tanam.]

(Terinspirasi dari film pendek berjudul “Hong” garapan sineas muda yang aku tak sempat tahu namanya. Film tersebut menjadi salah satu finalis dalam Eagle Award. “Hong” dalam film tersebut adalah permainan rakyat di masyarakat Sunda yang sering lebih dikenal dengan “Petak Umpet”. Film inspiratif ini bercerita tentang upaya masyarakat Sunda dalam melestarikan bermacam-macam permaianan rakyat yang saat ini mungkin sudah mulai dilupakan oleh kebanyakan orang. Padahal dalam berbagai permainan rakyat itu sebenarnya mengandung bermacam nilai-nilai pendidikan.)

Kawan, masih ingatkah kalian tentang permainan “SUDAMANDA”? Ada juga yang menyebut “ENGKLEK”. Jangan-jangan kalian malah baru mendengar kali ini. Kalau itu tak tahu, coba yang ini : “MEMBELA”? kalian pasti tambah mengerutkan kening mendengarnya? Kalau ditempat kalian mungkin lebih dikenal dengan “petak umpet”. Kalau di kampungku, temen-temenku waktu kecil dulu lebih seneng menyebutnya “membela”. Kalau petak umpet saja belum pernah main, mungkin kalian terlalu kebablasan jaman kawan. Atau boleh lah kalau kalian menganggapku yang terlalu kampungan. Ada juga dulu di kampungku permaianan “BENTENGAN”, belum pernah denger juga kan? Kalau lagi main ini, kejar-kejaran bisa sampai kampung tetangga buat nangkap musuh.

Bagi kalian yang masih belum berhasil menemukan kosakata-kosakata tadi dalam memory masa kanak-kanak, mari saya ajak mencari permainan yang lain. Yah ini dia, “CUBLAK-CUBLAK SUENG”. Lucu kan nama permainannya? lagunya mungkin diantara kalian ada yang masih ingat. Ada lagi nih permainan yang lain, kalau ditempatku dulu sering disebut “UDING”. Makanan apa lagi itu??? Itu lho yang pakai tali terus dilompati. Kalau ditempatku dulu temen-temen seneng merangkai karet gelang sampai panjang untuk dipakai mainan UDING. Kampungan sekali bukan?

Baiklah kalau semua itu terlalu kampungan, coba saya cari yang agak sedikit tidak kampungan. Kalian pernah main “GOBAG SODOR” kawan? Nah tu, mulai senyum dikit kan. Harusnya ada diantara kalian yang pernah main. Atau yang satu ini : “ULAR-ULARAN”. Itu lho yang mainnya baris, yang belakang megang bahu depannya terus paling depan jadi kepala ular berusaha menyentuh ekor paling ujung dari musuh. Kalau biasanya yang terakhir ini di outbond masih sering dipakai.

Kalau dari semua tadi kalian tak ada yang kenal satupun, menurut saya ada dua kemungkinan. Pertama, kalian anak kecil yang belum hidup di awal era 90-an. Atau yang kedua, kalian hidup di kota metropolitan, tinggal di perumahan yang sejak lahir hanya melihat gedung dan rumah berjejalan, mungkin saja juga tidak kenal tetangga kiri kanan.

Terakhir saya mau minta tolong nih sama kawan-kawan. Kalau diantara kalian ada yang sempat melihat permainan kayak gitu, tolong donk di rekam. Saya pengen buat semacam dokumenter. Kalau anak-anak sekarang tidak mau lagi mainan kayak gitu, yah paling tidak mereka tau lah kayak gimana permainan anak-anak tempo doeloe. Maturnuwun…

Thursday, September 02, 2010

SELAMAT WISUDA...

Selamat kapada saudara-saudara semua yang hari ini wisuda
Barangkalai bagi Anda memang hal ini biasa
Sayapun pernah merasa, nyaris tak ada suatu yang istimewa
Tapi, akan menjadi beda bagi orang-orang terdekat Anda
Moment ini menjadi sebentuk kado berisi kebanggaan bagi mereka
Merasa bahagia telah memberi secuil kontribusi mereka
menuju jalan kesuksesan Anda....

SELAMAT KAWAN, SEMOGA MENJADI AWAL KESUKSESAN ANDA

Monday, August 23, 2010

Ikhwan Mencari Cinta (part 3) - cerpen

“Sudah siap Mad?”, tanya ibu sambil memperhatikanku yang sedang sibuk merapikan baju dan menyisir rambut di depan cermin.

“InsyaAllah…, ibu yakin sudah siap menerima Laila menjadi menantu ibu?”, aku balik tanya ke ibu.

“Kalau Laila benar seperti yang kamu ceritakan, ibu akan sangat senang punya menantu seperti dia. Perangainya baik dan halus, faham agama, kulitnya juga putih bersih, meskipun kalau ibu lihat di fotonya tidak secantik Dina putrinya bu Joko yang pernah ibu ceritakan padamu dulu.”

“Kecantikan wajah tidak akan bertahan lama ibu, yang penting kan cantik hatinya. Dina memang cantik, tapi saya sering melihat dia diboncengkan dengan temennya laki-laki. Apa ibu rela kalau punya menantu yang sering di boncengkan sama laki-laki yang bukan mahramnya?” Aku mencoba meyakinkan ibu.

“Kamu kok sepertinya yakin sekali dengan Laila, padahal kamu juga baru saja kenal. Katanya kamu masih khawatir ditolak lagi seperti kemarin waktu kamu dikenalkan dengan Rita”, ibu sempat menyinggung peristiwa sebulan yang lalu. Memang saat itu aku belum sampai melamar Rita. Biodata dan cerita tentangku saja yang sampai ke orangtuanya. Tapi aku sempat minder dan berfikir untuk tidak merencanakan menikah kecuali kalau aku sudah lulus. Untungnya beberapa hari setelah itu, ustadz Sholihin secara rutin memberikan tausyah kepadaku. Kemudian dua pekan setelah kejadian itu, aku diberikan biodata akhwat yang lain oleh ustadz Sholihin. Laila inilah orangnya, yang sebentar lagi aku akan pergi bersama ustadz Sholihin untuk menyampaikan lamaran pada orang tuanya.

“Ahmad kan sudah proses ta’aruf tiga kali bu, selama proses itu kami saling bertanya dan mengenal satu sama lain. Di luar itu Ahmad juga sudah minta mencarikan informasi lewat ustadz Sholihin. Kata ustadz Sholihin, setiap orang yang mengenal Laila mengatakan bahwa dia itu muslimah yang baik. Kalau masalah diterima tidaknya lamaranku, aku sudah berkali-kali diberikan pencerahan oleh ustadz Sholihin. Kita serahkan saja semuanya kepada Allah Yang Maha Kuasa”

“Baiklah kalau begitu, sekarang ini sudah jam setengah empat. Katanya kamu janjian sama ustadz Sholihin jam empat mau berangkat dari rumah beliau.”

“Iya bu, Ahmad pamit dulu ya. Mohon do’anya, semoga orang tua Laila berkenan menerima lamaran Ahmad. Assalamu’alaykum…” aku pamit sambil mencium tangan ibu.

“Wa’alaykumsalam.. hati-hati di jalan ya…”

Ikhwan Mencari Cinta (part 2) - cerpen

Tepat dua pekan sejak aku menerima biodata Rita dari ustadz Sholihin. Sudah berkali-kali aku melakukan sholat istihkoroh untuk minta petunjuk kepada Allah tapi mengapa seperti belum ada kemantapan dalam hatiku untuk melanjutkan proses ta’aruf dengan Rita. Sebenarnya kalau dilihat dari biodata yang aku terima, tidak ada satupun alasan untuk aku tidak menerima Rita. Awalnya ketika ustadz Sholihin memberikan biodata Rita padaku di rumah beliau dulu, aku sempat mengira barangkali ada yang kurang dari Rita sehingga Ustadz Sholihin memberikan nasihat panjang lebar kepadaku supaya aku lebih mempertimbangkan sisi agamanya. Tetapi ternyata setelah aku sampai rumah dan membuka biodata itu, subhanallah, seperti aku katakan tadi tidak ada alasan bagi siapapun laki-laki untuk tidak menerima Rita. Justru bisa jadi sebaliknya, dia yang mungkin tidak akan bersedia menerimaku. Wajahnya cantik, pakaian dan jilbabnya rapi, dia juga sudah bekerja sebagai guru di sekolah ternama di kota ini. Usianya satu tahun lebih muda dariku tapi dia lulus kuliah lebih cepat. Dia lulus tiga setengah tahun dan setelah itu langsung di terima mengajar di SMA almamaternya dulu karena kecerdasannya.
Meskipun belum sepenuhnya mantap, aku paksakan untuk meminta kepada ustadz Sholihin supaya beliau mempertemukanku dengan Rita. Aku merasa sudah terlalu lama tidak segera memberikan kepastian kepada ustadz Sholihin.

*****

Tiga pekan setelah proses ta'aruf, aku di minta untuk kerumah ustadz Sholihin. Beberapa kali bertemu dalam proses ta’aruf, Aku dan Rita merasa sudah bisa saling menerima satu dengan yang lain. Mungkin ada berita terbaru yang akan disampaikan ustadz Sholihin kepadaku

“Sebelumnya maaf Mad, aku harus menyampaikan pesan dari Rita. Bapaknya mensyaratkan supaya laki-laki yang akan menikahi anaknya haruslah seorang yang sudah punya pekerjaan yang mapan.” Ternyata malam ini ustadz Sholihin meminta aku ke rumah beliau karena ingin menyampaikan pesan dari Rita ini.

“Berarti bapaknya Rita tidak menerima lamaranku ya ustadz?” aku ingin coba memastikan apa yang aku dengar.

“Tenang saja, kamu harusnya bersyukur karena belum jadi melamar ke rumahnya. Rita baru menceritakan kepada bapaknya bahwa ada seorang laki-laki yang mau melamarnya. Setelah Rita menceritakan panjang lebar tentangmu, ternyata bapaknya belum bisa menerima karena kamu belum lulus dan belum mempunyai pekerjaan yang benar-benar mapan.” Ustadz Sholihin berhenti sejenak dan memintaku minum teh yang baru saja dihidangkan oleh istri beliau. Meskipun selera makan dan minumku hilang setelah mendengar cerita beliau tadi, tapi aku paksakan minum sedikit teh yang sudah dihadangkan untuk menghormati beliau. Beberapa saat setelah istri ustadz Sholihin masuk, beliau kemudian melanjutkan ceritanya.

“Rita bilang kepadaku kalau dia sudah berusaha untuk meyakinkan bapaknya bahwa sebentar lagi skripsimu akan selesai, dia juga sudah bilang kalau meskipun belum mapan tapi penghasilanmu saat ini sudah cukup untuk sekedar hidup berdua dengannya. Ibunya Rita sebenarnya juga tidak terlalu keberatan kalau kamu menikahi putrinya, tapi bapaknya tetap besikukuh supaya Rita menikah dengan seorang yang sudah mapan. Bapaknya akan lebih senang lagi kalau menantunya adalah seorang pegawai negeri. Wajar sajalah karena bapaknya Rita kan seorang pejabat di kantor pemda.”

“Terus bagaimana ustadz?” aku bingung mau bilang apa, hanya pertanyaan itu yang keluar dari mulutku.

Ustadz Sholihin tersenyum kecil kemudian berkata lagi kepadaku,
“Ahmad…., Allah Lebih Tahu siapa yang pantas untuk menjadi istrimu dan siapa yang pantas untuk menjadi suami bagi Rita. Mungkin saja Rita memang belum jodohmu, kamu kan sudah sholat istikhoroh minta petunjuk yang terbaik kepada Allah. InsyaAllah ada wanita yang lebih baik yang telah disediakan Allah untukmu.”

“Apa saya menunggu setelah wisuda saja ya ustadz? Saya khawatir akan ditolak untuk kedua kalinya kalau mau melamar akhwat yang lain sebelum lulus.”

“Kamu ini kok malah jadi putus asa begitu. Allah tidak menyukai hamba-hambaNya yang berputus asa dari rahmatNya. Kamu kan bilang kalau kamu sudah siap lahir dan batin, kedua orangtuamu juga sudah mendukungmu. Sekarang yang perlu kita lakukan adalah tetap ikhtiar dan berdoa kepada Allah supaya Allah mendekatkan jodohmu. Anggaplah semua kejadian yang telah kita alami ini pelajaran hidup yang berharga yang diberikan Allah untuk kita.”, ustadz Sholihin mencoba meyakinkanku.

“Baiklah ustadz, terima kasih atas semua nasihat ustadz. Saya mohon bimbingan terus dari ustadz.”

“InsyaAllah… Kamu sabar ya, semoga tidak lama lagi aku bisa memberikan biodata akhwat yang lain kepadamu.”

Friday, August 20, 2010

Ikhwan Mencari Cinta (part 1) - cerpen

Malam ini adalah saat yang sudah aku tunggu-tunggu. Aku segera pergi ke rumah Ustadz Sholihin setelah sholat isya’. Ustadz Sholihin berjanji akan memberikan biodata akhwat yang akan diperkenalkan denganku setelah dua pekan yang lalu aku menyerahkan biodataku kepada beliau untuk dicarikan akhwat yang menurut beliau cocok untuk menjadi pendamping hidupku. Sesampai rumah ustadz Sholihin, beliau sendiri yang menjawab salamku kemudian membukakan pintu.

“Oh Ahmad tho, malam ini kelihatan tampan sekali kamu. Mari silahkan duduk, aku sudah menunggumu sejak ba’da isya’ tadi.” Setelah mempersilahkan duduk, beliau ijin masuk kedalam sebentar.

Aku tidak tahu apakah pujian yang disampaikan beliau barusan adalah yang sejujurnya ataukah hanya untuk menyenangkan hatiku. Mungkin saja beliau ingin mendapat pahala dengan menyenangkan hati orang lain. Tapi bagiku itu tidak penting, yang terpenting adalah aku segera mendapat biodata akhwat yang sudah beliau janjikan untukku. Siapa kiranya gerangan akhwat yang telah dijodohkan oleh Allah untuk menjadi pendamping hidupku. Apakah dia akhwat yang sesuai dengan kriteria yang aku harapkan ataukah tidak. Pertanyaan-pertanyaan itu yang melayang dalam benak fikiranku.

Tidak lama kemudian ustadz Sholihin keluar membawa sebuah amplop agak besar. Aku sangat yakin amplop yang dibawa beliau itu berisi biodata akhwat yang telah beliau janjikan. Sepertinya ustadz Sholihin tahu kecemasan dalam fikiranku.
”Ini Mad, biodata akhwat yang telah aku janjikan padamu.”

Beliau menyerahkan amplop itu kepadaku sambil duduk di kursi sebelahku. Beliau memegang pundakku, kemudian berpesan,
“Kamu baca saja biodatanya nanti dirumah. Silakan kamu sholat istikhoroh, minta petunjuk kepada Allah. Seandainya akhwat ini yang telah dipilihkan Allah untuk kebaikan dunia dan akhiratmu, semoga Allah memberikan kemantapan dalam hatimu. Pesanku, janganlah kamu mendahulukan pertimbangan-pertimbangan duniawi karena semua yang ada di dunia ini akan rusak. Wajah yang cantik rupawan, suatu saat juga akan keriput termakan usia. Harta dan pekerjaan, sangat mudah bagi Allah untuk mengambilnya setiap saat. Tidak jarang harta dan pekerjaan justru melalaikan manusia dari beribadah kepada Allah. Adapun nasab keluarga, setiap orang tidak mempunyai kekuasaan untuk memilih lahir dari rahim wanita yang dia kehendaki. Yang terpenting adalah apa yang telah dia perbuat setelah kelahirannya untuk mempersiapkan akhir hidupnya. Rasulullah memang pernah menyampaikan seorang wanita dipilih karena beberapa hal tersebut. Tapi terakhir beliau menyampaikan, pilihlah olehmu seorang wanita karena agamanya. Karena agama yang baik dari seorang istri akan menyelamatkanmu di dunia dan di akhirat.”

“Terima kasih ustadz, insyaAllah akan saya laksanakan nasehat ustadz. Kalau begitu saya mohon pamit dulu ustadz.”

“Baiklah, hati-hati dijalan ya. Titip salam buat ibu dan bapak di rumah.”

“InsyaAllah ustadz, Assalamu’alaykum…”

“Wa’alaykumussalam warahmatullah wabarokatuh..”

Tuesday, July 06, 2010

KAMI TUNGGU ANDA MENOLONG ISLAM

Sekarang, kami tunggu aktivis Islam, terutama generasi muda, menolong Islam dan umatnya. Kami tungu peran mereka seperti peran Abu Bakar saat memerangi orang-orang murtad, peran Khalid bin Walid di perang Yarmuk, peran Sa’ad bin Abu Waqash di perang Al qadisiyah, peran Shalahuddin Al Ayyubi di perng Hiththin, pern Qataz di perang Ain Jalut, peran Muhammad Al Fatih di Konstantinopel, dan peran Sulaiman Al-Halbi saat menyerang Cliber.

Kami ingin bahagia, kendati sejenak sebelum meninggal dunia, melihat Khilafah Islamiyah dan menyaksikan benderanya berkibar di timur dan barat. Juga memandang naungannya yang rimbun menyebarkan keadilan, kebenaran, sinar, dan petunjuk, ke dunia. Kami tunggu hari itu, dimana khalifah kaum Muslimin memandang awan, lalu berkata kepadanya, ”Wahai awan, pergilah ke timur dan barat, niscaya pajaknya akan sampai ke tangan saya.” Khalifah berkata benar dan dulu wilayah Islam memang membentang ke timur dan barat, hingga mencapai wilayah paling barat dan timur, serta kekuasaan khalifah mencakupsemua wilayah, lalu daerah-daerah tersebut mendapatkan kebaikan, petunjuk, dan sinar.

Kita amat rindu datangnya hari Allah Ta’ala menaklukkan Roma, sentral kristen di dunia, yang dulu diprediksikan Rasulullah SAW akan ditaklukkan setelah Konstantinopel(diriwayatkan Ahmad). Konstatinopl ”Istambul” sudah ditaklukkan Allah Ta’ala, melalui sultan agung Muhammad Al-Fatih, yang dipuji hadits,
”Konstantinopel akan ditaklukkan. Komandan perang paling baik adalah komandan perang konstantinopel dan pasukan terbaik ialah pasukannya.” (diriwayatkan Ahmad)

Ketika itu Muhammad Al-Fatih sudah mempersiapkan diri untuk menaklukkan Romawi, setelah sukses menaklukkan Konstantinopel. Hal iitu membuat pasukan Romawi cemas dan ketakutan. Muhammad Al-Fatih tidak puas sebelum merealisasikan preoyek besar ini. Bukti ketakutan Eropa dan kecemasan mereka ialah gereja-gereja Eropa secara umum dan roma secara khusus tidak henti-hentinya membunyikan lonceng selama tiga hari berturut-turut, sebagai bentuk ungkapan rsas suka cita mereka atas meninggalnya Muhammad Al-Fatih. Kita tunggu hari seperti itu, kendati lebih panas dari bara api. Kemenangan Islam itu puncak harapan seseorang di dunia. Sekarang, kita merasakan kebaian dunia yang disebutkan di ayat,
”Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akherat."
(Al-Baqarah:201).

Itu bukan istri shalihah, namun menolong Islam, seperti dikatakan sebagian ulama. Sungguh mulia kebaikan itu! Kebaikan seperti itu menghilangkan kegalauan dan kesedihan, kendati seseorang harus kehilangan keluarga, anak, harta, dan jabatan, demi merealisasikannya. Kita lebih rindu hari Allah Ta’ala menolong agama-Nya, lalu Dia memuliakan wali-wali-Nya, daripada kerinduan kita kepada istri, anak, ayah, dan ibu, yang kita tinggalkan bertahun-tahun.

Kita merindukan hari seperti hari Uqbah bin Nafi’ mencebur ke Samudera Atlantik, dengn kaki kudanya, lalu berkata, ”Demi Allah, andai aku tahu di seberang sana ada negeri, aku pasti menyerbunya di jalan Allah.”
Uqbah bin Nafi’ berkata saat memandang langit, ”Tuhanku, kalaulah tidak terhalang lautan ini, aku pasti berjalan di banyak negeri, guna berjihad di jalan-Mu.”
Kita tunggu hari-hari seperti di atas dari Anda, wahai aktivis Islam. Apakah Anda siap merespon harapan ini? Apakah Anda menjawab serun ini? Penyair berkata,

Dukaku dan duka setiap orang merdeka
Ialah pertanyaan zaman,’Dimana gerangan kaum Muslimin berada?’
Akankah masa lalu itu kembali lagi?
Sungguh, aku merindukan masa lalu itu
Bebaskan aku dari angan-angan itu tak lebih dari ilusi semata
Berikan iman sebagai cahaya bagiku
Dan kuatkn keyakinan pada diriku
Aku sodorkan tanganku dan mencabut gunung
Serta membangun kejayaan, dengan harmonis dan kuat.

Sunday, July 04, 2010

AKTIVITAS ISLAM, BUKAN AKTIVITAS TEMPORER!!!

Akhi, aktivis Islam, aktivitas Islam itu bukan aktivitas yang bisa Anda kerjakan di sebagian waktu, lalu boleh Anda tinggalkan pada waktu lain. Sama sekali tidak. Aktivitas islam dan masuknya Anda ke dalam Islam ini lebih dari itu. Islam bukan sembarang aktivitas, seperti misalnya aktivitas budaya, atau aktivitas olahraga, atau kepanduan, yang biasa Anda geluti saat kuliah, lalu Anda tinggalkan setelah lulus. Atau aktivitas yang anda jalani ketika Anda membujang, lalu Anda tinggalkan setelah menikah. Atau aktivitas yang Anda beri waktu sebelum Anda menduduki jabatan tertentu, lalu Anda beri waktu sebelum Anda menduduki jabatan tertentu, lalu Anda tinggalkan jika Anda punya jabatan tertentu, atau sukses membuka klinik, atau apotek, atau kantor konsultan, atau sibuk studi S1 atau S2. tidak! Aktivitas Islam sama sekali tidak seperti itu.

Aktivitas Islam dan masuknya Anda ke dalamnya adalah penyembahan Anda kepada Allah Ta’ala. Dan, orang Muslim tidak berhenti dari aktivitas Islam, karena merupakan tuntutan penyembahannya kepada Allah Ta’ala, hingga detik akhir kehidupannya. Akhi, apakah Anda tidak membaca firman Allah Ta’ala,
”Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini.”(Q.S.Al-Hijr:11)

Maksudnya, sembahlah Allah Ta’ala hingga kematian datang kepadamu. Al-Qur’an tidak mengatakan, ”Sembahlah Allah hingga anda lulus dari universitas, atau hingga Anda punya jabatan tertentu, atau hingga Anda menikah, atau hingga Anda sukses membuka bisnis.”

Generasi salafush shalih memahami dengan baik ayat di atas. Kita lihat Ammar bin Yasir ra masih ikut berperang di jalan Allah Ta’ala, saat berusia sembilan puluh tahun. Saya katakan berperang bukan sekedar berdakwah, atau mengajar, atau mengerjakan amar ma’ruf nahi munkar. Disamping mengerjakan aktivitas itu semua, Ammar bin Yasir berperang di jalan Allah Ta’ala, saat ia berada di usia, dimana tulang-tulang sudah lemah, tubuh loyo, rambut beruban, dan kekuatan menurun.

Abu Sufyan bin Harb ra memotivasi tentara untu berperang, padahal ia berusia tujuh puluh tahun. Begitu juga Al Yaman dan Tsabit bin Waqsy, keduanya berperang di perang Uhud, kendati berusia lanjut dan diberi dispensasi oleh Rasulullah SAW. Beliau menempatkan keduanya di barisan belakang bersama kaum wanita. Kenapa kita pergi terlalu jauh? Raulullah SAW malakoni tujuh puluh perang setelah lebih dari lima puluh empat tahun. Bahkan, beliau berumur enam puluh tahun saat hadir di perang Tabuk, yang merupakan perang paling sulit bagi kaum Muslimin, dan memimpin kaum Muslimin di dalamnya.
Kenapa sekarang kita lihat banyak aktivis Islam tidak lagi menjadi aktivis Islam setelah lulus kuliah, atau menikah, atau sibuk bisnis, atau punya jabatan?

Mereka harus tahu bahwa permasalahan agama tidak main-main dan bisa disepelkan seperti itu. Allah Ta’ala berfirma,
”Dan kalian menganggapnya ringan saja. Padahal, dia pada sisi Allah itu besar.” (An-Nuus:15)
Mana baiat (ikrar), yang dulu Anda berikan didepan Allah Ta’ala, bukan hanya didepan manusia? Allah Ta’ala berfirman,
“Dan perjanjian dengan Alah itu diminta pertanggungjawabannya.” (Al Ahzab: 15)
Mana slogan, yang dulu sering Anda gembor-gemborkan,
Kami bangkit di jalan Allah
Kami ingin meninggikan panji
Kami beramal bukan untuk partai
Tapi, kami siap menjadi tumbal bagi agama ini
Silakan kejayaan agama muncul kembali lagi
Atau darah kami tumpah karenanya

Akibat melanggar janji itu amat berat. Terutama, bagi orang yang tadinya tahu kebenaran, lalu berpaling darinya dan orang yang telah merasakan manisnya iman lalu terjerumus dalam kebatilan. Melanggar janji dengan Allah Ta’ala itu dosa paling besar kepadaNya dan kaum mukminin. Allah Ta’ala berfirman,
”Maka barang siapa melanggar janjinya, niscaya akibat ia melanggar janji itu menimpa dirinya sendiri.” (Al-Fath: 10).
Orang yang dirayu jiwanya yang menyuruh kepada keburukan dan digoda setan untuk ingkar janji harus merenungkan firman Allah Ta’ala,
”Dan di antara mereka ada orang yang berikrar kepada Allah, ’Sesungguhnya jika Allah memberikan sebagian karunia-Nya kepada kami, kami pasti terasuk orang-orang shalih.’ Maka setelah Allah memberi mereka sebagian karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia iu dan berpaling, dan mereka orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran).” (At-Taubah:75-76)
Ia juga harus merenungkan dengan baik hukuman adil, seperti disebutkan di ayat berikut,
”Maka Allah menimbulkan kemunafikan di hati mereka sampai waktu mereka menemui Allah, karena mereka memungkiri terhada Allah apa yang telah mereka ikrarkan kepada-Nya dan juga karena mereka selalu berdusta.” (Q.S. At Taubah:77).

Aktivitas Islam itu agenda utama. Tragisnya, sebagian orang berhati sakit yang bergabung dengan ikhwah aktivis Islam di aktivitas Islam, di kampus, itu memandang aktivitas Islam seperti proyek bisnis. Karenanya, proyek bisnis tersebut berakhir secara otomatis, bersamaan denga selesainya waktu kuliah. Atau aktivitas Islam dianggap sebatas persahabatan di kampus, lalu bubar dengan berakhirnya masa studi.
Orang-orang seperti itu saya katakan orang-orang berhati sakit. Sebab, biasanya, penyakit muncul dari orang yang imannya lemah, hatinya sakit, tekadnya pas-pasan, dan makna iman tidak menancap kuat di hati. Umumnya, aib itu ada di hati, bukan di akal. Aib terjadi sebab iman tidak beres, bukan karena minimnya ilmu. Juga karena pengaruh syahwat, bukan karena ketidakjelasan. Juga karena cinta dunia, bukan karena minimnya kesadaran. Siapa ingin melakukan terapi, ia harus pergi kepada orang-orang yang berhati bersih, guna menghilangkan kotorannya dan mengobati penyakitnya. Sayangnya, dokter itu tidak banya pada zaman sekarang. Yang saya maksud dengan dokter di sini ialah dokter hati. Sedang dokter tubuh, banyaknya segudang.

Sungguh, orang yang keluar dari kebenaran setelah mengetahuinya itu lebih mementingkan kesenangan sementara dan syahwat terbatas, mencari kesenangan sesaat dengan mengorbankan kesedihan sepanjang tahun, menceburkan diri ke maksiat dan berpaling dari tujuan besar menuju tujuan picisan. Akibatnya, ia hidup di penjara setan, terombang ambing di lembah kebingungan, dan terbelenggu di penjara hawa nafsu. Seorang penyair berkata,
’Ia menjadi burung elang yang bulunya tercerabut
Ia merasa rugi setiap melihat burung lain terbang’.

===================================================
Artikel dari ”TAUSYAH UNTUK AKTIVIS ISLAM” , Dr. Najih Ibrahim.
===================================================