Followers

Friday, August 28, 2009

Apakah itu CINTA??

“Assalamu’alaykum, mau tanya ustadz. Kalo saya lihat seorang ikhwan yang cerdas kok saya jadi simpati ya? Apa itu sekedar simpati biasa atau semacam perasaan cinta, karena sebenarnya nanti kalo dah agak lama biasanya perasaan itu hilang. Tapi kadang tiba2 kok muncul lagi ya?”
Begitu kurang lebih pertanyaan salah seorang peserta akhwat kajian rabu pagi hari ini. Motivasi akhwat bertanya itu bisa jadi sekedar mencairkan suasana biar peserta pada gak ngantuk terutama ikhwan2 TANGGUH itu (-tenang kalo lagi lungguh-, maksudnya tidur), mungkin juga biar ikhwan termotivasi untuk jadi ikhwan2 cerdas ^_^ , atau mungkin itu memang perasaan sebenarnya yang dia alami. Tapi apapun motivasi dari pertanyaan itu, jawaban dari ustadz Fachrudin bisa memberikan pelajaran bagi kita semua terutama bagi yang masih sering muncul perasaan2 kaya’ gitu...
Kalo jawaban runtut dan jelas seperti yang disampaikan ustadz saya juga agak lupa sih (tapi gak tidur lho ya..), pada intinya jaga perasaan jangan mudah untuk jatuh cinta pada seseorang. Terus gimana donk caranya??
Kalo ustadz Fachrudin nyarankan (pake bahasa saya lho ya): jangan percaya pada kesan pertama, kalo kita lihat seorang yang cerdas maka berfikirlah bahwa masih ada orang yang jauh lebih cerdas selain dia, atau mungkin kalo kita lihat seorang yang cakep (lha ini bagi yang belum bisa menahan pandangan) maka berfikirlah bahwa ada orang yang jauh lebih cakep dari dia. Berdo’a saja semoga jodoh kita jauh lebih baik dari yang kita lihat saat itu.
Tambahannya sebaiknya kita semakin perkuat lagi iman kita pada Allah SWT, maksudnya??
Maksudnya, kita harus 100% yakin bahwa Allah sudah menetapkan jodoh kita sejak pertama kali kita ditakdirkan hidup didunia. Jadi gak usah khawatir lah kalo ternyata orang yang selama ini kita idam-idamkan akan diambil orang (kaya’ mangga saja). Yakin saja kalau memang jodoh kita pasti gak akan mungkin didahului orang. Eh, tapi kita juga gak perlu pakai “nge-cim” (bahasa indonesianya apa gak tau) lho ya?? Kenapa? Daripada ujung2nya nanti dia sudah ditakdirkan berjodoh dengan orang lain, malah jadi mubazdir perasaan kita bahkan bisa jadi makan hati ^_!
Gitu simplenya apa yang tadi pagi saya tangkap dari apa yang disampaikan ustadz Fachrudin di KRP. Maaf kalau mungkin bahasanya saya tambah-tambahi sendiri, tapi yang penting kan : “Inspirasi apa yang antum/na dapatkan setelah membaca artikel ini??? He....he...he....”

I would say "AFWAN"...

Kalau beberapa waktu yang lalu ada yang menulis “NO : AFWAN” tapi hari ini saya harus mengatakan “afwan” kepada temen-temen semua yang mengenal atau pernah berinteraksi dengan saya.

Saya secara tulus ingin memohon maaf kepada temen-temen semua yang merasa pernah terdzolimi oleh saya terutama merasa tersakiti dengan kata-kata & sikap saya.
Pada beberapa kesempatan ketika ada session saling memberi saran dan kritik, ada dua karakter saya yang selalu disampaikan oleh temen-temen yang tak pernah ketinggalan:
1. Atos - red bhs jawa-. (kata temen2 angkatan kamarin gitu), maksudnya keras kepala & pengen menang sendiri
2. kalau bicara atau menyindir sering menyinggung perasaan.
selain itu masih ada sih beberapa misal: nggaya, sok pendiam padahal sebenernya..., dll. Kok jelek semua ya .......... Ada sich yang koment baik tapi tak kira gak perlu disebutkan aja lah.....

Saya akui semua itu memang tidak salah walaupun tidak sepenuhnya benar (termasuk kalau ada yang koment baik ). Dalam beberapa forum secara sadar maupun tidak sadar saya selalu ingin mempertahankan pendapat saya dengan berbagai argumen yang kadang logis dan mungkin juga nggak (tapi kayaknya saya selalu mencari argumen yang logis menurut saya). Tidak hanya dalam forum-forum rapat atau musyawarah, bahkan dalam kuliah dikelas pun sering sampai ngotot dengan para dosen.

Kemudian yang kedua saya sering memberikan peringatan atau sindiran yang kadang bisa menyakiti perasaan seseorang. Yang sering merasakan ini biasanya temen-temen satu amanah yang sering satu forum dengan saya. Tapi yang perlu untuk diketahui saya melakukan seperti itu bukan tanpa alasan sama sekali. Biasanya saya sering memberikan sindiran atau peringatan secara langsung apabila ada temen yang terkadang melupakan kode etik berjam’ah (misalkan: tidak hadir atau telat tanpa konfirmasi yang jelas ke mas’ul/pimpinan).
Barangkali dengan sikap saya seperti itu ada temen yang merasa saya terlalu berlebihan , melupakan nilai-nilai ukhuwah dan tidak mengutamakan husnudzon ke yang lain..... Tapi sebenaranya tidak semua orang saya perlakukan sama. Biasanya saya melakukan itu kepada temen-temen yang memang sudah memiliki pemahaman yang sangat matang tentang bagaimana sikap2 yang harus dia lakukan dalam berjama’ah. Dan kadang saya memang sulit untuk menerima alasan-alasan yang tidak jelas.

Seandainya UKHUWAH memang lebih tinggi daripada DA’WAH, saya akan berusaha untuk mengabaikan semua kesalahan dan kelalaian temen-temen, dan akan mengutamakan untuk selalu memberikan pemakluman serta menjaga hubungan serta perasaan diantara kita.
Seandainya DA’WAH itu tidak mempedulikan UKHUWAH, saya mungkin tidak akan pernah sama sekali untuk memberikan pemakluman kepada temen-temen bila melakukan kesalahan baik disengaja maupun tidak sengaja. Dan mungkin akan selalu bersikap keras dan tidak mau peduli kepada yang lain yang penting tujuan ”harus” tercapai.

Tapi sebenarnya UKHUWAH adalah bagian dari DA’WAH, dan DA’WAH tidak akan nikmat tanpa UKHUWAH. Oleh sebab itu maka saya akan selalu berusaha untuk menjaga nilai-nilai UKHUWAH, tapi mohon kepada temen-temen juga berusaha untuk bisa menjaga nilai-nilai dan etika berjama’ah demi kemuntijahan da’wah. Saya pun juga akan berusaha untuk melakukannya.

Dan sebenarnya ketika dalam pergaulan sehari-hari tidak benar juga kalo saya itu selalu kaku, tanya aja temen-temen kos, kelas, atau yang dekat dengan saya. Sering sekali dan bahkan hampir tidak pernah suatu moment terlewati tanpa canda dan tawa, saya pun juga seneng bercanda kok....

Saya ingin tabayun (memberi penjelasan) atas semua yang temen-temen rasakan tentang saya. Sikap saya yang seperti itu karena memang karakter dan didikan sejak kecil terkondisikan untuk jadi orang yang ”harus bisa & harus mau” dalam melaksanakan perintah2 orang tua, kayak militer ajah.... padahal gak ada keturunan militer sama sekali. Apabila menolak perintah orang tua atau melakukan kesalahan tidak jarang ”tindakan-tindakan militer” yang harus saya terima.
Tapi saya yakin yang diinginkan orang tua saya adalah semata-mata demi kebaikan saya. (Saya sangat cinta dan hormat kepada mereka, I love you Mom... I love you Dad....).

Jadi memang susah untuk sepenuhnya merubah total karakter saya yang seperti itu, jadi saya mohon temen-temen bisa faham dengan sikap saya yang seperti itu.
Terakhir walupun tulisan ini masih kental dengan gaya keras kepala dan egoisme saya, sekali lagi saya menyampaikan kepada temen-temen : ”AFWAN.....”

Wednesday, August 05, 2009

MELEMAHNYA PEMAHAMAN TERHADAP TANDHIM

*di ambil dari buku “Prinsip-prinsip gerakan Islam” –ust Fathi Yakan

Diantara permasalahan serius yang dihadapi oleh gerakan Islam Kontemporer adalah melemahnya pemahaman terhadap tandhim dari yang semestinya diharuskan oleh syariat dan menjadi tuntutan zaman.Yang lebih berbahaya lagi, tidak sedikit dari mereka yang mengalami permasalahan ini mencari-cari alasan untuk membolehkan kondisi mereka.
Melamahnya pemahaman terhadap tandhim adalah kurangnya penguasaan terhadao dasar dan kaidah tandhim. Melemahnya pemahaman terhadap tandhim adalah ketidakpahaman terahadap skala prioritas, baik yang sudah dilakukan maupun yang seharusnya dilakukan, sehingga terjadi praktik-praktik operasional yang bersebrangan dengan konsep Abjadiyah yang paling sederhana sekali.
Melemahnya pemahaman terhadap tandhim adalah ketidakmampuan mengkondisikan dan mengklasifikasikan secara baik antara permasalahan yang konseptual dengan permasalahan yang faktual, baik pada tingkatan persepsi dan pemikiran atau pada tingkatan perencanaan dan pelaksanaan, sehingga terjadi ketidakjelasan dan kesimpangsiuran.
Melemahnya pemahaman terhadap tandhim adalah ketidakmampuan untuk mendefisnikan kualitas dan kuantitas serta mencari titik temu antara keduanya, baik yang berkaitan dengan perbuatan atau yang berkaitan dengan ucapan, sehingga menimbulkan bahayan yang serius. Lebih dari itu, yang dimaksud dengan melemahnya pamahaman terhadap tandhim adalah kurangnya penghargaan terhadap waktu, sehingga banyak waktu yang terbuang sia-sia tanpa ada dampak positif terhadap kepentingan Islam. Sementara disisi lain para musuh Islam tidak pernah berhenti sedikitpun melakukan penyiapan dan pengembangan diri untuk menghancurkan Islam dan kaum muslimin.
Semua itu mengemukakan bahwa lemahnya pemahaman terhadap tandhim berarti lemahnya gerakan Islam, yang mengakibatkan lemahnya harokah Islam. Karena gerakan Islam tidak mungkin mencapai tingkatan yang semestinya dan meraih tujuan yang dicanangkan selama belum berjalan diatas sendi-sendi tandhim pada segala aspeknya, seperti: tarbiyah, harokah, politik, dan jihad. Juga selama belum mampu menyikapi setiap permasalahan dengan sikap yang semestinya.
Siapa saja yang menelaah Sirah Nabawiyah, memperhatikan setiap kejadian penting yang dilalui oleh Rasulullah saw., niscaya akan melihat dengan jelas rambu-rambu tandhim. Sebagai contoh adalah kisah hijrah Rasulullah saw. Bersama Abu Bakar ra, ke Madinah. Ada pelajaran banyak yang bisa diambil dari peristiwa tersebut, diantaranya.
1. Permintaan Rasulullah saw. Kepada Ali bin Abi Thalib ra, untuk tidur dipembaringannya untuk mengelabuhi orang-orang musyrik setelah beliau meninggalkan Makkah hingga tiba di Gua Tsur.
2. pilihan untuk singgah di Gua Tsur yang terletak pada arah yang berlawanan dengan arah Madinah untuk semakin mengecoh orang-orang Musyrikin, karena Rasulullah saw, pasti berhijrah ke Madinah.
3. Penugasan Abdullah bin Abu Bakar ra, untuk membawa berita perkembangan yan terjadi di kota Mekkah.
4. Penugasan Asma’ binti Abu Bakar ra, untuk menyuplai makanan.
5. Penugasan Amir bin Fuhairah ra, utnuk menggembalakan kambing-kambingnya pada waktu siang hari lalu malam harinya digiring ke Gua Tsur untuk mensuplai kebutuhan air susu, sekaligus untuk menghapus jejak-jejak kaki yang hilir mudik ke Gua Tsur.
6. Mengambil seorang laki-laki musyrik untuk menjadi penunjuk jalan menuju Madinah.

Rasulullah saw, yang notabene sebagai orang yang mendapat wahyu dan bimbingan dari Allah swt secara langsung masih melakukan langkah-langkah tandhim. Mengapa para aktivis gerakan Islam saat ini tidak mengikuti Siroh Rasulullah saw, padahal mereka tidak mendapatkan wahyu dari Allah swt., sementara permasalahan yang dihadapi semakin menumpuk dan tipu daya musuh juga semakin gencar. Mengapa mereka tidak mengikuti jejak Rasulullah saw agar mereka benar-benar bisa memanfaatkan mata dan telinga yang diberikan oleh Allah swt. Mengapa mereka tidak belajar dari musuh-musuh mereka. Bagaimana melakukan tandhim secara baik, jeli, dan cakap.
Islam menghendaki agar kita menjadi yang terbaik di segala bidang, baik yang berkaitan dengan urusan duniawi maupun yang berkaitan dengan urusan ukhrawi. Islam tidak pernah mengajarkan bahwa kita boleh tidak mengerti tentang urusan duniawi, karena dunia adalah jembatan menuju akhirat, jika kita tidak ingin menggunakannya untuk kepentingan Islam maka para musuh Allah yang akan menggunakannya untuk memerangi dan menghancurkan Islam, sebagaimana yang terjadi saat ini. Islam mengharuskan pemeluknya untuk berusaha mendapatkan kekuatan dan tandhim adalah usaha terpenting yang harus dilakukan menuju terciptanya sebuah kekuatan, Allah swt berfirman,

”Dan persiapkanlah untuk menghadapi mereka yang kamu mampu...” (al-Anfal:60)

Dan Rasulullah saw bersabda,

”Sesungguhnya Allah swt, suka jika seorang diantara kamu bekerja, ia bekerja dengan baik.”

Kerja yang baik tidak terwujud manakala tidak ada tandhim yang baik, sebesar apapun tenaga dan fasilitas yang dimiliki, karena yang menjadi ukuran adalah kualitas bukan kuantitas dan tandhim adalah unsur terpenting kualitas.
Sudah menjadi kewajiban baggi para aktivis gerakan Islam untuk mengembangkan kemampuan mereka dalam bertandhim sebagaimana mereka juga harus mempertebal kualitas keimanan dan pemikiran mereka. Para aktivis juga dituntut untuk mengikuti dan mempelajari perkembangan sekitar tandhim sebagai implementasi dari sabda Rasulullah saw,

”Hikmah adalah kebutuhan seorang mukmin, dimanapunia mendapatinya maka ia lebih berhak untuk memilikinya.”

dan sabdanya,

”ambillah hikmah dari manapun ia bersumber.”