Followers

Thursday, December 18, 2008

Dokumen BIN tentang PKS, asli apa palsu ??

PENGENDALIAN STABILITAS PARPOL MENJELANG PEMILU 2009

As’ad Ali Said
Wakil Ketua Badan Inteligen Negara

Reformasi yang kini telah berjalan lebih dari 10 tahun dalam perjalanannya harus dikendalikan. Data terakhir semua partai peserta pemilu tahun 2009 umumnya telah mengalami gambaran yang kurang baik di mata konstituennya. Hal ini merupakan hasil kerja cukup efektif sebagaimana tergambarkan dalam media cetak yang pada akhirnya kredibilitas DPR menjadi semakin terpuruk. Namun apapun yang terjadi pada prinsipnya sepanjang masih dalam koridor NKRI hal itu merupakan proses perbaikan bagi bangsa Indonesia.

Dalam kegiatan ini menjadi kurang terlihat maksimal dikarenakan kondisi DPR masih belum bulat masih ada beberapa fraksi yang sangat sulit untuk dikendalikan. Berbagai kegiatan dan program yang dilaksanakan diharapkan dapat menjaring anggota legislative dari partai partai tersebut namun yang selalu lolos adalah anggota dari Partai Keadilan Sejahtera. Hal ini dibuktikan dengan belum adanya anggota yang dapat dijadikan terdakwa baik melalui KPK ataupun kejagung.

Keberadaan PKS harus menjadi perhatian bersama mengingat apabila partai ini membesar pada akhirnya akan sulit dilakukan pengendalian. Dan kemungkinan akan terjadi kasus ‘potong satu generasi’ sebagaimana yang selalu dilontarkan oleh jaringan merah. Laporan khususnya terkait dengan perkembangan partai Islam yang ada. Posisi PKS menjadi diuntungkan mendapat simpati masyarakat pemilih. Karena umumnya mesin politik yang sudah berada di kelurahan ataupun kecamatan dapat segera digerakkan dengan keberadaan jaringan kendali yang sudah terbentuk.

Partai Golkar merupakan partai besar dan masih belum dapat melakukan recovery secara maksimal terlebih sudah cukup banyak kadernya yang menjadi terdakwa dalam kasus korupsi yang ditangani KPK, sedemikian juga dengan PDIP yang mengalami nasib yang sama. Sedangkan untuk partai – partai Islam lain seperti PAN, PKB, PPP sudah dianggap melemah sebagaimana yang disampaikan oleh saudara Agung Laksono. Sedangkan PBR relative sudah dikuasai oleh kalangan muda kiri.

Partai democrat merupakan partai yang dianggap menjadi kuda hitam dikarenakan saat ini RI 1 kecil sekali meninggalkannya dan mencari dukungan dari partai lain. Terlebih saat ini sudah bermunculan adanya persaingan Calon Presiden dgn beberapa tokoh internal baik partai maupun calon independen. Kekuasaan partai Demokrat sedemikian kuat dalam hal kekeluargaan sebagaimana kita ketahui masih banyak proposal yang masuk lewat pintu belakang sehingga terjadi situasi mengarah ke sebagaimana yang terjadi pada orde baru.

Dalam membawa peningkatan suhu politik saat ini yang dapat dimanfaatkan adalah kondisi partai partai besar yang sedang berusaha melakukan perbaikan image/pencitraan dimata konstituennya berupa memberikan gambaran calon calon presiden yang akan diusungnya pada pilpres 2009 termasuk bermain main dengan perang urat syaraf terkait dengan koalisi yang kenyataannya merupakan hanya permainan dan isu belaka dalam rangka perbaikan image. Karena kekuatan yang riil yang di hitung adalah hasil pemilu legislatif.

Badan Inteligen Negara matanya Indonesia, mata yang tidak boleh berkedip. Kasus pembunuhan Munir terus kami dorong dan di lanjutkan dan di blow up sehingga fokus dan image masyarakat bahwa Badan Inteligen Negara (BIN) sudah melemah tetapi sebenarnya menjadi lebih kuat karena tidak adanya imunitas kelompok masyarakat atau parpol sehingga lebih mudah dalam mengatur ritme dan suasana kenegaraan yang terkendali, agar lebih optimal saudara Muchdipun dimunculkan termasuk dibuat adanya kaitan dengan kasus pembunuhan kalaupun diputuskan sidang nanti beliau bebas karena tidak terbukti. Hal ini dirasakan penting sebagai bentuk pengalihan perhatian masyarakat atas isu isu yang tidak menguntungkan.

Bagi Golkar dan PDIP akan selalu dikondisikan saling menyerang termasuk dengan isi kampanye yang secara jelas berseberangan, hal ini nampak jelas sebagaimana dalam kejadian Agus Condro yang berakibat di PAW nya Max Moein ataupun inisiatif dari Effendi Simbolan selaku ketua pansus orang hilang yang akan memanggil jenderal jenderal purnawirawan yang dikaitkan dengan kekerasan militer.

Sebagaimana diketahui PKS sebagai partai transnasional menyimpan agenda agenda Ikhwanul Muslimin yang mengarah kepada Syariat Islam dan Khilafah Islamiyah. Maka peningkatan intensitas pengendalian perlu dilakukan terhadap PKS, karena isu atau skema yang dimunculkan saat pilkada di daerah daerah relative tidak laku sebagaimana yang terjadi pada Pilgub Jawa Barat. Sumatera Utara dan Nusa Tenggara Barat. Sebagaimana terlihat juga dalam Pilgub DKI Jakarta atau Pilgub Jawa Barat semua jurus dan cara cara konvensional sudah dikeluarkan sehingga harus dipersiapkan pengganti kegiatan tersebut.

Data data yang didapat diseluruh daerah. PKS adalah partai yang terus tumbuh dan selalu bergulir aktivitasnya sehingga perlu dikendalikan dan disiapkan simpul – simpul yang suatu saat dapat direkayasa dengan mudah dan diaktifkan sehingga dapat memperlambat atau memperkecil perolehan suara mereka pada Pemilu 2009. Secara natural partai ini adalah partai kader sehingga diperlukan effort yang sangat besar bila dilakukan serangan secara frontal. Secara de facto PKS adalah partai yang belum terpecah sehingga dianggap sebagai partai yang solid. Sehingga saat ini yang harus dilakukan adalah proses penggembosan da’I dalam PKS sendiri.

Mekanisme penggembosan bagi PKS yang digunakan mekanisme standar sebagaimana yang dilakukan juga pada partai partai lainnya seperti PPP dan PKB atau partai lainnya, yaitu dibuat/direkayasa adanya ketidakpuasan dari kalangan kader dibawahnya atas kebijakan pemimpinnya. Dengan kata lain dibuat rekayasa mekanisme system komunikasi yang tidak mengacu pada aturan AD/ART yang ada di PKS sebagai cara dalam menyampaikan ketidakpuasan. Cara ini sangat efektif karena semua ketidakpuasan yang kita rekayasa atau yang berasal dari ketidaktahuan atau ketidakmengertian kader, dapat terbentuk.

Dan terjadi ketidakpuasan tanpa adanya kesempatan klarifikasi dari stakeholder atas kejadian sehingga suasana terus memanas. Situasi ini perlu terus diarahkan dengan adanya safety relief valve berupa adanya organisasi/kelompok baru yang dapat menampung aspirasi kader kader tersebut namun dalam pelaksanaannya perlu dilihat dan dipelajari secara presisi ketepatan personil yang ditokohkan ataupun permasalahan permasalahan yang harus dimunculkan dan dilontarkan dalam timing yang tepat. Apabila suasana sudah tepat maka groups massa media cetak atau televise akan mengeksposenya sehingga dapat dikatakan tujuang akhir yaitu PKS pecah.

Karakter dan pola pembinaan memiliki kelemahan khususnya dalam hal perekrutan serta jarring informasi yang sangat lemah diantara mereka. Kelemahan ini berakibat menjadikan adanya kualitas kader yang berbeda beda yang pada gilirannya mereka akan pecah dan melemah dengan sendirinya serta kemampuan selektifitas informasi yang sangat lemah.

Hasil pendalaman dikalangan internal PKS diketahui bahwa secara umum saat ini masih banyak kader senior mereka yang tidak duduk dalam structur kepengurusan partai, bukan anggota legislatif, pengusaha lemah, ataupun orang – orang yang mempunyai ambisius untuk tampil dalam struktur partai. Situasi ini dapat dimanfaatkan sehingga potensi pengkhianatan dari dalam dapat tumbuh dengan jalan berkoalisi dengan partai – partai islam lainnya. Dikondisikan bahwa pengurus DPP PKS dapat berkoalisi dengan partai partai besar sedang pada anggota senior yang tidak puas dapat berkoalisi dengan partai partai kecil.

Secara naluriah PKS menciptakan kader kader yang memiliki karakter positif dan mudah percaya, sehingga dengan percepatan berita berita yang negative tentang struktur ataupun personil DPP melalui media cetak/website dan elektronik kita kendalikan untuk dapat mempercepat terjadinya ketidakpercayaan dengan struktur partainya.

Kita juga dapat memanfaatkan akses yang dimiliki untuk dapat selalu merawat hubungan dengan kader yang tidak puas atau tidak memiliki kefahaman sebagaimana kebijakan DPP sehingga selalu timbul ketidakpercayaan seluruh kalangan kader. Secara umum karakter yang dapat dikembangkan adalah selalu adanya romantisme pergerakan mereka di orde baru, sehingga menimbulkan persepsi bahwa kebijakan DPP saat ini mengkhianati garis perjuangan sebenarnya / keasliannya.

UU mendukung dan melindungi aktifitas PKSnamun harus tetap dijaga bahwa mereka tetap dapat tumbuh tetapi tidak membesar. Laporan dari unit-unit kecil dilapangan menunjukkan bahwa umumnya kader PKS masih berfikir konservatif/ sederhana atas aktifitas mereka sehingga mereka belum memahami situasi dan kerja dalam aktifitas partai politik namun loyalitasnya sangat tinggi, hal ini dapat dengan mudah kita kendalikan sepanjang dapat dimunculkan isu-isu atau diskusi –diskusi yang dapat memperlemah loyalitas, semangatjuang dan akhirnya PKS sebagai mesin politik tidak bergerak.

Pola operasi yang telah dilakukan adalah membentuk group-group atau unit-unit kerja yang secara halus dan rutin mendorong terjadinya kegiatan yang menimbulkan terjadinya kebencian dan kebingungan dikalangan kadernya satu sama lain.

Isu penggembosan yang sangat efektif bagi pemilih pemula dan pendukung PKS baru adalah isu keterkaitan sejarah, tokoh –tokoh NII dulu malah jadi qiyadah di PKS dul. Jamaah ikhwan didirikan oleh 4 orang : hilmi aminuddin( ketua ), salim segaf, ust. Baharmus, ust. Syakur (alm). Sebelum dibaiat menjadi anggota IM, mereka terlebih dahulu dibaiat menjadi anggota NII oleh HA. Jadi HA menciptakan IM ala Indonesia, bukan yang sesuai dengan IM mesir.

Tokoh sentral yang diusung adalah syamsul balda sebagai tokoh senior ex anggota DPR 1999-2004 dan wakilpresiden partai saat masih bernama partai keadilan yang sampai saat ini masih aktif.walau sudah dikeluarkan dari struktur / keanggotaan partai dan bergerak bukan dengan bendera PKS, masih banyak anggota / kader PKS yang menganggap syamssul balda sebagai ustad sehingga secara effektif dapat menimbulkan penafsiran yang berbeda atas atas maksud dan kebijakan para pemimpin PKS, termasuk beberapa mantan anggota DPR Partai Keadilan seperti Mashadi, Zyrli Rosa Jamil serta Drg Jufri Jama’an yang dikenal dekat Darmasetiawan Bachir (Keluarga Sutrisno Bahir) sebagai komisaris utama di PT Binatama Ardhikaya dan Drg Jufri Jama’an sebagai presiden direkturnya yang menggandeng Ibsul Holdings Sdn Bhd. Drg ini juga terkenal senior dalam aktivitas keislaman sebagai tercatat dalam beberapa file dekat dengan tokoh tokoh senior Dewan Dakwah Islam Indonesia sejak masih aktif mahasiswa dn termasuk tokoh dibelakang lahirnya partai Keadilan. Begitu dekatnya tokoh ini dengan Darmasetiawan Bachir sehingga bersama – sama dalam organisasi Real Estate Indonesia sebagai Wakil Sekretaris Jenderal Bid. Organisasi Hubungan Luar Negeri dan Sekretariat dengan PT Bangun Segara dan Darmasetiawan sebagai sekretaris Jenderal dengan PT Binatama Ardhikarya.

Tokoh tokoh ini sudah dapat dimanfaatkan untuk menggarap beberapa kelompok dalam internal PKS seperti Syamsul Balda yang menggarapa KAMMI sehingga dapat menjadi mandul serta menjadikan Vijaya Fitriyasa (Sekjen KAMMI Pusat 2000 – 2001) yang memilih bergabung ke PAN. Syamsul Balda juga sebagai ketua organisasi APPSI (Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia) yang sekarang digunakan Prabowo Subianto sebagai salah satu kendaraan ormasnya dalam memberikan dukungan ke Partai GERINDRA. Serta sangat aktif dibelakang layar sebagai membina Dodi Suhendra (DOS) dalam pengelolaan PKSWATCH Blogspot dan Rakyat Pupu Blogspot yang disetting sebagai sumber informasi yang kita simpangkan dan diarahkan menjadi rujukan bagi para kader PKS yang sudah dapat dipengaruhi keberpihakannya.

Beberapa nama anggota DPR dari tokoh muda PKS yang masih aktif namun sudah diarahkan untuk melakukan perlawanan terhadap kebijakan DPP PKS seperti Mustapa Kamal, Mutamimul Ulla, Irwan Prayitno, Fahri Hamzah, Andi Rahmat dll.

Di kubu pengurus DPP PKS pun saat ini sedang di garap agar mereka terpancing dan membuat kebijakan yang pada akhirnya dapat dibuat keputusan keputusan yang dapat memecat atau mengeluarkan tokoh – tokoh senior yang di setting untuk selalu mengkritisi kebijakan DPP terkait bahwa dengan isu – isu bahwa PKS adalah partai Dakwah sedang kebijakan partai dan sikap sikap pengurus yang tidak sejalan dengan prinsip prinsip Perjuangan Partai khususnya para pengurus yang tidak sejalan dengan prinsip prinsip Perjuangan Partai khususnya para pengurus DPP, DPW, DPD, DPC serta DPRa sebagai unit terkecil ditingkat kelurahan. Dengan begitu hal ini secara otomatis juga akan melemahkan kerja kerja politik struktural PKS.

Untuk menimbulkan efek bola salju telah dimanfaatkan dua lembaga yang dipilih karena memiliki kader – kader senior yang sesukses kader lainnya dalam menjalankan roda organisasi yaitu pengurus masjid Al Hikmah Bangka Jakarta Selatan yang dianggap cikal bakal keberadaan PKS dari kelompok Al Hikmah yang pro aktif di motori oleh Habibullah Komarudin Lc, Alumnus LIPIA. Kegiatannya akan diarahkan untuk melakukan penyebaran penyebaran kejelekan DPP PKS berdasarkan nilai – nilai Al Quran dan Hadis dalam bentuk ceramah – ceramah yang ujungnya adalah mengajak Golput para kader PKS pada pemilu 2009. Untuk aspek ekonominya kesehariannya ditopang dengan kegiatan penjualan baju – baju muslim dipasar tanah abang dan sudah di set mendapat bantuan kredit dari city bank.

Sedangkan KORPS MUBALIGH KHAIRU UMMAH dipilih sebagai lembaga terlama di kalangan PKS yang dapat dimanfaatkan mengingat dari data yang ada terdiri dari tokoh – tokoh senior seperti :

Drs. H. Mukhlis Abdi : Tidak Puas Dengan DPP
H. Rosihan Anwar : Tidak Puas Dengan DPP
H.M Ihsan Tanjung : Tidak setuju dengan adanya Partai
KH. Rahmat Abdullah (Almarhum) : Mendukung sebagai MPP
KH. Ahmad Madani (Almarhum) : Mendukung dan aktif di DPP
KH. Abdi Hasib Hasan Lc : Tidak Puas dengan DPR
KH. Natsir Zein MA : Tidak puas dengan DPP
Drs. Abdi Sumaiti (Abu Ridha) : Tidak puas dengan DPP sebagai DPR
KH. Jazuli Juwaini : Mendukung sebagai anggota DPR
M.Ag H.Bali Pranawo : Tidak puas dan cukup aktif
Drs. H. Sa’aduddin : Pernah tidak puas & sebagai Bupati Bekasi
KH. Amang Syafrudin. Lc : Tidak puas dengan DPP
H. Sunmanjaya Rukmandis. SH : Tidak puas namun pasif. Mantan DPR
DR. Daud Rasyid. MA : Tidak puas dan konfrontatif terhadap DPR
KH. Ruslan Efendi dsb : Tidak puas dan konfrontatif

Meskipun sebagian dari yang tersebut diatas masih aktif sebagai anggota korps mubaligh Khairu Ummah. Masih ada lagi sejumlah muballigh yang kini aktif sebagai korps mubaligh khairu ummah. Antara lain : Drs. H. Ahmad Yani, H. Sukeri Abdillah, MBA. H Subki Al Buguri. S. Sos, Ir. H. Tiffatul Sembiring, H. Ferry Nur S.Si, H. Muhsin Sholeh. S.Sos, Muhendi Mukhtar, Birk(Hons). Drs. H. Agus Wahid Rahman, H. Muhammad Ridwan. Drs. H. Masdan Sutan Panis. Muhammad Haikal.S.Ag, H. Fathuddin Ja’far, MA, Ismeidas Makfiansyah. H Ahmad Rusli. Drs. Muhammad Nurman Khairudin. H. Muhammad Ihsan. dll.

Untuk daerah penyangga ibukota khususnya kabupaten bogor kegiatan kontra produktif yang diarahkan oleh Didin Hafiduddin sebagai mantan capres Partai Keadilan terlihat cukup berhasil sesuai target kita. hal ini dibuktikan dengan hasil suara yang dicapai hanya 10% bagi pasangan yang di usung PKS.

Kendaraan organisasi islam yang Non Partisan yang digunakan sebagai alternative pemilih atau bagi konstituen PKS yang masih memilih nilai – nilai Islam yang konservatif adalah HTI (Hizbut Tahrir Indonesia). Hal ini sangat efektif dan dapat jadi berkembang karena kita gunakan isu Khilafah Islamiyah Internasional berdiri di Indonesia khususnya di kampus – kampus. Walaupun isu ini sangat tidak mungkin dilakukan di era demokrasi bagi konstituen PKS tradisional dioptimalkan perekrutan dengan gerakan salafy yang terkesan lebih Islami dan tegas dalam melaksanakan ajaran Islam.

Link up yang kita gunakan adalah FUI ( Forum Umat Islam) yang sekarang kita jadikan dan ditokohkan serta dibangun opini sebagai kelompok terdepan dalam membela kepentingan umat Islam. Forum Umat Islam ini akan selalu dimunculkan dalam kegiatan kegiatan atau pernyataan sikap atas kejadian kejadian yang di buat menjadi headline di media masa.

Dikalangan akar rumput terlihat pertumbuhan yang sangat signifikan dalam tubuh HTI dan Salafy. Hal ini dapat diukur dengan kemampuan melakukan demonstrasi demonstrasi skala nasional serta tumbuhnya pengajian – pengajian di masjid – masjid sebagai upaya memotong akses PKS kepada masyarakat umum.

Dari kegiatan yang telah dirancang dan dilaksanakan sesuai jadwal yang disusun hasil evaluasi menunjukkan hasil yang cukup positif hal ini terlihat dari meningkatnya kekecewaan – kekecewaan di kalangan kader PKS ataupun berita simpatisan karena mereka tidak sempat melakukan klarifikasi atas berita berita yang dimunculkan.

Sedangkan dikalangan para senior yang bersebrangan dengan para pengurus DPP sudah menunjukkan intensitas dan rutinitas pertemuan serta ditargetkan mereka dapat segera di dorong sebagai motor – motor dalam terbentuknya perpecahan secara resmi dikepengurusan partai dalam bentuk PKS yang konservatif (garis keras) dan PKS moderat (kompromise).

Paralel program yang sedang berjalan kegiatan tim coklat densus 88 terus diaktifkan agar apabila target yang diharapkan gagal maka dapat link up dimunculkan keterlibatan Islam garis keras yang nota bene kalangan konservatif PKS dapat dijadikan target karena dibuatkan hubungan yang dekat dengan para tersangka lain baik yang sudah tertangkap ataupun mau DPO.

Saya selaku wakil ketua BIN yang salah satu….(maaf teks disini tidak bisa terbaca ketika file ini diketik ulang)membawahi kalangan partai – partai Islam berkewajiban melakukan ……(teks tidak terbaca) terhadap ancaman transnasional yang mengganggu NKRI. Harapan kami semoga hasil – hasil yang dicapai serta progress proyek yang dilakukan dapat didukung dan dibantu dalam tatanan operasionalnya sehingga target – target percapaian suara Partai Matahari Bangsa dapat tercapai. Materi ini juga disampaikan saat dilakukan peningkatan kemampuan kader muda Partai Damai Sejahtera.

nb : yang ngetik ulang http://thufailalghifari.multiply.com
Partai Keadilan VS Partai Keadilan Sejahtera
(di ambil dari : http://mdianapriyanto.wordpress.com/)

Teng, tong, teng, tong.. “Diberitahukan kepada penumpang kereta Argo Bromo jurusan Surabaya, agar menuju ke peron 3 karena kereta sebentar lagi akan memasuki stasiun”, suara pengumuman yang cukup keras itu membuyarkan lamunan saya. Saya sendiri bukan mau naik kereta itu tapi sedang menunggu kereta lain jurusan.

* * *

Saya kemarin mendapat imel dari seseorang yang mana dia mengirimkan kepada saya tentang 8 alasan mengapa memilih PKS. Mengapa delapan? Yah, mungkin terkait dengan nomor urut PKS yang memang bernomor 8.

Awalnya saya menganggap bahwa ini iklan politik. Saya coba baca isinya dan saya membenarkan isi dari imel itu. Memang 8 (walau terkesan dipaksakan) alasan itu menampilkan sisi-sisi kebaikan PKS, yang mana saat deklarasi pendiriannya dulu (saat itu masih bernama PK) di masjid Al-Azhar, saya berdua dengan kawan yang mensyut acara itu, lalu mengedit filmnya, saya tambahkan opening title di awalnya.

Saya ingat betul video itu diedit ‘masih kasar’ karena belum ada program editing yang mudah digunakan dan komputer juga belum sebagus sekarang. Jadi cara mengedit dengan menggunakan tape to tape, cara analog. Wah, pokoknya ribet asli deh.

Lagu pembukanya menggunakan soundtrack dari film Batman Returns (hehehe.. lagi-lagi Batman, yah) dan film itu diberikan narasi juga oleh kawan saya. Pun dalam video itu dibuat cerita bahwa, ‘bermula dari kesuksesan partai Refah di Turki, bla bla bla’ dan voila, jadilah sebuah video promosi. Video itu kemudian dikopi dan disebarkan ke seluruh Indonesia (kalau tidak salah begitu deh ya). Nah, itulah video pertama yang kami berdua kerjakan.

* * *

Kembali ke bumi setelah mengawang-awang bernostalgia.

Saya membayangkan diri saya sekarang ini sedang menunggu sebuah partai yang dulu pernah menjadi kereta dengan gerbong eksklusif (bukan eksekutif), dimana kereta itu bagus tampaknya dari luar dan nyaman saat di dalamnya.

Saya bayangkan juga sebuah kereta ekonomi, dimana semua orang bahkan kambing sekalipun duduk bareng bersama dalam satu gerbong. Para pedagang bersliweran menjajakan entah itu makanan, sampai kipas mini bertenaga batere. Maklum, hawanya lebih panas karena semuanya masuk berjubel.

Beda dengan kereta yang di awal, dimana isi penumpangnya sedikit dan kereta jauh lebih nyaman karena tidak ada pedagang yang masuk, kambing tidak ikut naik dan berpendingin udara, sehingga lebih sejuk.

Saya membandingkan antara PK dan PKS, maka saya mendapatkan kenyataan yang seperti itu. PK dulu adalah partai yang ‘eksklusif’ karena hanya orang-orang yang ikut ‘pengajian’, ikut tarbiyah, ikut halaqoh dan sebagainya yang lantas mereka menjadi pondasi massa, yang menjadi grass root bagi partai yang mulai saat dideklarasikan sampai sekarang ini masih tetap fenomenal dan kadang kontroversial.
Saat masih eksklusif

Saat itu sepertinya masa keemasan dan masa kejayaan bagi PK, karena pada waktu itu semuanya baik. Semua bahu membahu berjuang agar PK bisa menjadi partai yang ‘lain daripada yang lain’, dimana yang tampil adalah wajah-wajah muda nan segar yang menjadi pemimpin serta anggotanya.

Tampil orang-orang muda terpelajar yang cerdas, bersih, jujur, bisa dipercaya dan juga enak saat diajak bicara, karena bahasan mereka lugas dan mendalam. Tidak terkesan sebagai partai cemen yang berisi orang-orang cuma iseng bikin partai, karena kesempatan mendirikan partai saat itu dibuka lebar-lebar oleh pemerintah.

Tokoh-tokoh muda yang tampil selama ini memang sudah dikenal di kalangan mereka sebagai orang yang berpengetahuan luas, seorang ustadz yang biasa bicara masalah agama dan lancar bicara masalah politik. Bukan sekedar ustadz karbitan dan politikus oportunis, yang menggunakan pesona dan kharisma untuk menjaring massa. Bahkan kebanyakan dari mereka malah tidak dikenal oleh banyak orang dan hanya ‘untuk kalangan sendiri’.

PK pada saat itu tampil seolah ‘melawan arus’, melawan kebiasaan. Entah itu memang sekedar manuver politik, atau memang mereka menciptakan brand image tersendiri, menciptakan trendsetter yang lain daripada yang lain.

Hal itu seolah menjadi pedang bermata dua. Di sisi lain orang memuji ‘gerakan moral’ yang dilakukan oleh PK sementara di sisi lain tindakan ‘di luar manuver politik’ dimana PK dikenal sebagai ‘partainya anak muda militan’, yang suka membid’ahkan ‘ritual-ritual keagamaan’ seperti tahlilan, yasinan dan sebagainya. Cap miring pengikut ‘wahabi’, bukan Islam, bukan NU, bukan Muhammadiyah, pokoknya yang bukan-bukan, menjadikan PK bukan sebagai partai pilihan dan idaman.

Tapi, bukannya PK ditinggalkan, malah makin bertambah penggemarnya. Rupanya gerakan moral seperti para politisi PK tidak ada yang terlibat korupsi, perilaku kehidupan mereka yang jauh dari kesan glamour dan seperti mau menghabiskan uang rakyat. Bahkan dalam banyak kasus, kesan sederhana yang selalu ditonjolkan oleh beberapa orang teman saya yang sempat mengenyam bangku wakil rakyat, itu memang menjadi promosi efektif dalam membangun kepercayaan orang kepada mereka dan kepada partai.

Segala kesantunan para politisi PK yang selama ini tidak pernah tampil dari partai lain, seolah menjadi sebuah ukuran bahwa, ‘politik itu kotor, tapi bukan berarti politisi harus ikut menjadi kotor’. Mereka membawakan politik, partai, politisi seolah seperti saat mereka sedang berceramah, seperti mereka sedang mengkaji sebuah topik dalam pengajian. Dan itu semua menjadi daya tarik yang cukup besar bagi rakyat yang sudah muak dengan segala janji penuh tipu daya dan rayuan maut dari partai dan politisi yang mengatasnamakan rakyat tapi hidup makmur dari uang rakyat.
Menurunkan harga untuk menjaring penumpang

Setelah berjalan sekian lama, keadaan kehidupan perpartaian yang berfilosofi ‘tidak ada musuh abadi, tidak ada teman abadi, yang ada kepentingan pribadi’ mulai tampak ke permukaan dari PK yang telah berganti nama menjadi PKS.

Oh iya, mengapa diubah dari PK menjadi PKS? Karena sesuai peraturan yang waktu itu berlaku, PK tidak mencapai electoral threshold atau batas minimal partai bisa ikut pemilu (lagi). Karena terpaksa harus dibubarkan, maka sengaja PK dibubarkan dan kemudian para pengurusnya membuat lagi partai dengan nama yang sama dan ditambahkan kata ‘Sejahtera’ supaya tidak sama.

Logo pun diganti dengan yang lebih ‘manis’, lebih ‘manusiawi’ atau sesuai dengan kata ‘Sejahtera’, sehingga logo yang awalnya pedang membelah bulan (artinya harus adil dalam membagi) diganti menjadi ada simbol kesejahteraan, yaitu gambar padi di tengah-tengahnya. Jadi arti lambang itu ialah harus adil dalam membagi-bagi kesejahteraan.

Oke, lalu maksudnya dengan menurunkan harga itu apa? Ya, PKS mulai menjadi partai yang ‘tidak kaku’, lebih fleksibel, bisa menerima keberagaman, tidak cuma dari kalangan ikhwah, kalangan tarbiyah juga bukan cuma menerima koalisi dari partai ’seiman’ atau partai yang visi misinya melulu ‘Islam’.

PKS pelan-pelan mulai membangun kekuatan dengan menjalin koalisi dengan banyak partai lain, walau bukan sembarang partai dan tidak asal partai gurem. PKS mulai menampilkan citra yang lebih lunak, lebih membumi, lebih bergaul dan juga ‘bisa diterima oleh semua kalangan’.

Kompensasi yang harus diterima ialah, bahwa PKS yang dulu berasal dari sebuah partai eksklusif PK, dimana ibarat gerbong kereta eksklusif, maka isi penumpang cuma sedikit karena peminatnya dari kalangan terbatas. Gerbong itu sejuk dan bersih, karena isinya ‘orang’ semua. Semua itu membutuhkan biaya perawatan yang mahal dan karena penumpangnya sedikit, harganya menjadi mahal dan itu berakibat sulit terjangkau bagi orang-orang biasa.

PKS sekarang seperti menawarkan sebuah gerbong ekonomi. Dan karena harga yang murah, menyebabkan siapa saja pun bahkan kambing sekalipun boleh naik ke dalam gerbong. Belum lagi para pedagang yang berseliweran. Tapi apa yang didapat dengan ‘menurunkan harga’ seperti itu? Penumpangnya malah berjubel.

Apa artinya perumpamaan ini? Karena PKS kini menjadi partai yang terbuka, tidak eksklusif lagi, siapapun bisa naik ke dalam PKS bahkan seekor kambing pun..! Para oportunis yang ibarat pedagang yang mencoba mencari-cari peluang yang siapa tahu mereka bisa mendapatkan keuntungan dari ‘para penumpang’.
Apakah itu salah?

Nah, ini pertanyaan yang sulit dijawab sekaligus mudah dijawab.

Sulit, bila kita mengedepankan emosi dan rasa sentimen. Mudah, bila kita memang memahami hakikat suatu partai yang sejatinya partai itu harusnya bisa menampung segala aspirasi, segala lapisan, segala bentuk manusia, segala bentuk kehendak serta partai itu memang semestinya tidak menjadi milik satu golongan atau satu orang saja.

Yang namanya partai, dimana jumlah suara pemilih terbanyaklah yang menentukan partai itu menang apa tidak. Hal itulah yang sering menjadikan sebuah partai yang awalnya dibangun dengan idealis sekalipun, pada akhirnya harus tunduk pada kenyataan pasar. Ada permintaan maka ada penyediaan.

Memandang bahwa pemilih potensial hanyalah mereka yang berjenggot, yang ikhwah, yang ikut tarbiyah, maka itu adalah sebuah jalan pemikiran yang naif, menurut saya lho.

Memang, demi menjaring pemilih dari kalangan manapun, golongan manapun, maka mau tidak mau PKS harus menjadi partai terbuka seperti itu. Dan tindakan itu bagi saya masih sangat bisa dibenarkan. Asalkan tetap ada kendali, tetap ada pengarahan, ada rambu-rambu dan ‘para pengawas serta satpam’ juga tetap dengan tidak lelah-lelahnya untuk selalu mengarahkan PKS ini ‘ke jalan yang lurus’.

Siapa lagi mereka itu, kalau bukan para kader yang dengan senang hati, sukarela bukan paksarela, mau mengorbankan diri dan hartanya demi kelangsungan hidup partai yang sangat mereka dambakan dan banggakan.

Saya mengacungkan jempol, eh dua jempol, kepada mereka yang tetap dengan setia terus mengusung partai yang saya merasa ‘ikut-ikutan mendeklarasikannya’.
Lalu soal kelakuan para politisinya?

Marilah kita pisahkan antara partai dan politisi. Saya tahu bahwa seorang Anis Matta itu memang ’sudah kaya’ sebelum dia menjadi seseorang di PKS. Dari hasil dia bekerja, wajar saja bagi saya bila dia punya mobil mewah. Saya dengar bahwa beliau menyumbangkan mobil Avanza miliknya demi kepentingan dakwah Al-Manar. Bukankah itu sudah mencukupi dan kita anggap itu buah rasa syukur dia?

Eh.. eh.. kok saya jadi seperti membelanya ya? Apa ada ‘main-main’? Sumpah demi Allah, tidak ada. Kenal secara pribadi juga tidak. Saya tahu siapa dia, tapi dia tidak pernah kenal saya.

Ahmad Heryawan, yang dulu saya tahu bagaimana saat masih ikut liqo datang dengan segala kesederhanaannya, tapi sekarang coba lihat? Sudah jadi gubernur dia. Sudah biasa naik turun mobil. Sudah lupa sama teman satu liqo nih? Nggak..

Tapi, apa salah Anis Matta, kalau dia menjadi kaya? Apa salah Ahmad Heryawan menjadi seorang yang kaya? Apa harus selamanya sederhana seperti saat dia dulu masih liqo sama kita-kita? Hmm.. tidak juga menurut saya.

Saya sih belum pernah mendapat cerita bahwa kedua orang itu menjadi petantang petenteng mentang-mentang sudah jadi orang kaya, sudah jadi anggota legislatif, sudah punya kedudukan dan sebagainya.

Walaupun cerita miring tentang perilaku mereka yang ’sok kaya’ itu yang banyak terdengar, tapi itu bukan berarti mereka sejelek itu. Memang sih, mereka sudah jadi orang penting, tapi tidak pernah sedikitpun saya mendengar mereka korupsi, misalnya. Saya tidak pernah mendengar mereka menyalahgunakan jabatan mereka untuk ‘kegiatan memperkaya diri mereka’.
Penutup

Maaf, tulisan ini saya tutup sampai di sini. Maaf, bila saya sengaja mengesankan saya membela mereka. Maaf, bila ada yang merasa bahwa kini PKS sudah tidak ’seindah yang dulu’. Maaf bila maaf saya tidak berkenan bagi semua orang.

Saya hanya ingin menggugah semua orang yang membaca tulisan saya, bahwa memang PKS telah berubah menjadi partai yang sesuai dengan habitatnya sebagai sebuah partai.

Saya mendengar banyak sekali keluhan mereka yang tidak puas, yang kecewa, yang menghujat, yang ingin agar PKS kembali seperti dulu, partai yang berjalan sesuai dengan marhalah dakwah.

Untuk hal itu, saya cuma bisa bilang begini : kenapa tidak kita bikin satu jama’ah yang rapih? Yang bisa selalu tampil untuk menyerukan kebenaran dan meluruskan setiap penyimpangan?

PKS kini telah berubah menjadi majmu’ah (kumpulan orang) yang masing-masing berada dalam satu gerbong yang sudah tidak seeksklusif dulu.. Dan untuk hal itu saudaraku.. terimalah.. Dan tetaplah untuk menjadi petugas pengawas jalur agar PKS terus tetap berada ‘di jalur yang lurus’.

Insya Allah.. Aamiin.. Wallahu a’lam..

credit :

dari judul gerbong ekslusif PKS yang ditulis oleh H.N. Dewantara dari warnaislam.com