Followers

Saturday, September 08, 2012

PEMUDA memang ISTIMEWA


Diantara sikap pemuda yang digambarkan al-qur’an adalah :
1. Berani bertindak revolusioner terhadap tatanan sistem yang rusak
Itulah sikap anak muda yang bernama Ibrahim yang biasa kita kenal dengan sebutan Nabi Ibrahim AS. Sebagaimana diutarakan  dengan sangat jelas  ceritanya di QS al-Anbiya ayat 57-67. Diantara penggalan ceritanya  “Mereka berkata: ‘Siapakah yang (berani) melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami? Se­sungguhnya dia termasuk orang orang yang zalim, Mereka berkata: ‘Kami dengar ada seorang pemuda yang (berani) mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim.” (QS.Al­-Anbiya, 21:59-60).
2. Teguh pendirian atas prinsip yang diyakininya
Sikap cemerlang ini telah dibuktikan oleh sekelompok anak muda yang  lari dari kaumnya demi mempertahankan idealisme dan keiamanan yang diyakininya. Mereka adalah Ash-habul Kahfi (para pemuda penghuni gua). Sebagaimana diterangkan didalam QS al-Kahfi 13 “Kami ceritakan kisah me­reka kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda.pe­muda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambah­kan kepada mereka petunjuk.
3. Selalu semangat dan Tidak mudah berputus-asa  sebelum cita-citanya tercapai.
Itulah pribadi anak muda yang bernama  Musa AS. “Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya, “Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai kepertemuan dua buah lautan; atau aku akan ber­jalan sampai bertahun-tahun” (QS. Al-Kahfi, 60).
4.  Tahan akan  godaan dunia (wanita, harta, tahta) meskipun ada kesempatan
Ini merupakan akhlak  luar biasa yang dipraktekkan oleh nabi kita Yusuf AS, sehingga surat al-qur’an yang menceritakannya dinamakan dengan surat Yusuf. Sebagaimana dijelaskan pada QS Yusuf ; 23-24

Di zaman Rasulullah SAW,  orang-orang yang pertama kali menganut ajaran islam kebanyakan  dari kaum kaula muda. Thalhah bin Ubaidillah masuk islam ketika baru berumur 14 tahun, Said bin Zaed  15 tahun, Zubaer bin Awwam 16 tahun, Saad bin Abi Waqash 17 tahun, Abu Ubaidah bin al-Jarrah 27 tahun, Umar bin Khattab 27 tahun, Abdurrahman bin Auf 30 tahun, Utsman bin Affan 34 tahun, dan sahabat-sahabat yang lainnya.

Di tangan para pemuda inilah dengan secepat kilat bangsa Arab bangkit laksana raksasa yang baru bangun dari tidurnya. Secara militer, mereka telah melakukan pergerakan yang sedemikian cepat dengan menumbangkan para penguasa dzalim pada masa itu. Yaitu Kaisar Romawi di barat dan Maharaja Parsi di timur. Sementara secara moral, mereka telah menunjukkan dengan apik sebuah model pemerintahan yang melayani rakyat sebagai ganti periode sebelumnya, dimana rakyat bukan hanya pelayan dari penguasa, namun telah menjadi budak para penguasa. Di bidang kebudayaan, bangsa Arab yang bodoh telah bergerak cepat mengambil alih berbagai peradaban tua dan menyinarinya dengan cahaya Islam.

Hal itu disebabkan karena mereka menjadi tim yang sangat solid, tidak ada satu lini kehidupanpun kecuali mereka susupi dan mereka warnai dengan warna baru yaitu warna islam, yang merubah zaman kegelapan menjadi zaman yang terang benderang. Dalam bidang keilmuan secara umum kita kenal al-a’llamah Ibnu Abbas RA yang menjadi mufti, faqih dan rujukan sahabat  lain, ia sosok alim yang multi talenta. Dalam ilmu syariah kita mengenal al-faqih Muadz bin Jabal, sahabat yang paling alim dalam ilmu halal dan haram. Dalam ilmu bahasa dan matematika (Faraidh) kita kenal zaed bin tsabit, dengan kejeniusannya ia mampu menguasai bahasa Suryani dalam 17 hari. Dalam berdakwah kita kenal Mus’ab bin Umaer, yang dengan keikhlasannya  islam mampu menyelinap ke setiap rumah masyarakat madinah. Dalam ilmu strategi berperang kita mengenal Jenderal Khalid bin Walid, dengan kecerdikannya, berapapun jumlah musuhnya akan ia sapu mundur. Dalam ilmu ketatanegaraan kita kenal Umar bin Khatab, dengan ketegasannya rakyat menjadi adil dan makmur. Dalam bidang ekonomi, kita kenal bisnisman Abdurrahman bin Auf, dengan kepiawaiannya, ia mampu menyulap sepongkah batu menjadi emas.

Namun potensi yang dimiliki anak-anak muda terkadang kurang dilirik orang, masih diragukan oleh kebanyakan karena usia dan pengalamannya dianggap masih prematur. Hal ini pernah terjadi juga dizaman sahabat yaitu tatkala Rasulullah SAW mengangkat Usamah bin Zaed yang baru berumur 18 tahun untuk menjadi panglima perang melawan pasukan romawi.

Sempat terjadi desas desus ada ketidaksetujuan sebagian sahabat akan pengangkatan ini. Dalam pandangan mereka, pengangkatan Usamah ini terlalu dini, karena masih banyak sosok senior yang lebih pantas untuk memimpin seperti Abu Bakar, Umar bin Khattab, ataupun Khalid bin Walid dan yang lainnya. Tatkala berita itu sampai ke telinga Rasulullah SAW Beliau sangat marah, lalu bergegas mengambil sorbannya dan keluar menemui para sahabat yang tengah berkumpul di Masjid Nabawi. Setelah memuji Allah dan mengucapkan syukur, beliau bersabda, “Wahai sekalian manusia, saya mendengar pembicaraan mengenai pengangkatan Usamah, demi Allah, seandainya kalian menyangsikan kepemimpinannya, berarti kalian menyangsikan juga kepemimpinan ayahnya, Zaid bin Haritsah. Demi Allah, Zaid sangat pantas memegang kepemimpinan, begitu juga dengan putranya, Usamah. Kalau ayahnya sangat saya kasihi, maka putranya pun demikian. Mereka adalah orang yang baik. Hendaklah kalian memandang baik mereka berdua. Mereka juga adalah sebaik-baik manusia di antara kalian.”

Amat tepat sekali pilihan Rasulullah SAW ini, buktinya tatkala Usamah kembali dari medan perang, kesan orang-orang ketika itu adalah “Belum pernah terjadi suatu pasukan bertempur kembali dari medan tempur dengan selamat dan utuh dan berhasil membawa harta rampasan sebanyak yang dibawa pasukan Usamah bin Zaed.”