Followers

Sunday, October 17, 2010

DISKUSI : ERA BARU DAKWAH KAMPUS

Kawan, mari kita berfikir besar. Karena aktivis dakwah teralu besar untuk berfikir hal-hal yang kecil, remeh temeh. Di sekeliling kita sering terdengar berbagai masalah. Yang paling menjamur adalah masalah klasik tetapi dengan modus, taktik, dan intrik yang semakin menarik. Kita semua pasti faham, “koneksi dua medan megnet yang berlawanan”, hubungan antara akhwat dengan ikhwan yang sering diperindah dengan hiasan-hiasan setan. Mari kita lupakan semua itu, biarlah yang ingin mencoba tergilas oleh zaman. Sekarang zaman orang-orang besar, para aktivis dakwah, berfikir hal-hal yang besar. Ide-ide dakwah yang besar untuk negara kita yang besar.

Kita berharap dari diskusi-diskusi akan mengasilkan sesuatu yang bermanfaat untuk dakwah, terutama dakwah kampus. Dan kita yakin perkembangan dakwah kampus akan berimplikasi positif terhadap perbaikan dan pembangunan bangsa Indonesia tercinta.

Tema-tema tentang pembaharuan dakwah kampus pasti sudah banyak diantara kita yang sudah membaca. Arya Sandiyudha, mantan pentolan dakwah di UI, sudah mengulas panjang lebar dalam bukunya “Renovasi Dakwah Kampus”. Seorang mantan penggedhe di UGM, saya lupa namanya, juga telah membahas hal yang sama di bukunya “Paradigma Baru Dakwah Kampus”. Satu dari serial 100 Buku Pengokohan Tarbiyah berjudul “Menuju Kemenangan Dakwah Kampus” juga sangat kontributif guna merefresh kita tentang pengelolaan dakwah kampus.

Tetapi meskipun tema-tema ini sudah banyak dibahas di buku-buku, ada kekhwatiran wacana-wacana pembaharuan dakwah kampus hanya akan menjadi wacana langitan dan hanya akan tersimpan rapat di dalam benak para pembaca. Kita merasa perlu untuk menjadikan semua tadi bahasan “diskusi-diskusi rakyat di warung kopi” supaya lebih membumi.

Kita berharap siapapun yang membaca tulisan ini berkenan untuk memberikan komentar, menyampaikan ide, menumpahkan keresahan, juga meluapkan wacana-wacana ide untuk perubahan dan perbaikan dakwah kampus. Siapapun, baik kita yang masih bergelut dengan aktivitas dakwah kampus maupun veteran dakwah kampus, yang aktiv di Lambaga Dakwah Kampus maupun yang aktiv di lembaga dakwah akademis, pengamat dakwah kampus, bahkan intelegen dakwah kampus sekalipun. Siapapun yang memiliki harapan besar untuk memperbaiki kondisi bangsa dimulai dengan pembangunan moral dan intelektual para generasi muda.

Wacana pertama yang akan coba kita diskusikan adalah ”Mengkapitalisasi (red-memanfaatkan) Iklim Akademis yang kuat untuk optimalisasi proses kaderisasi serta Mengkapitalisasi Kompetensi mahasiswa untuk memberi kontribusi terhadap Mihwar Dauli”.

Bagi kita yang selalu mengikuti perkembangan dakwah, tentunya faham sudah sampai di mana tahapan dakwah saat ini. Terjawablah salah satu dari tujuan dakwah kampus yang seringkali kita pelajari. Saat dimana iron stock hasil dari produksi dakwah kampus, yaitu orang-orang intelektual yang tercerahkan secara moral dan memiliki pandangan hidup yang lurus, memberikan kontribusi besar dalam rangka pembangunan bangsa dan perbaikan pengelolaan negara untuk mewujudkan keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Satu hal yang ironis adalah saat dimana kepercayaan masyarakat sudah sedemikian besarnya kepada para aktivis dakwah untuk mengelola negara, tetapi hal itu tidak diimbangi dengan kuantitas dan kualitas yang memadai dari para aktivis dakwah untuk pengelolaan negara secara menyeluruh. Karena apabila perbaikan hanya dilakukan secara parsial maka tidak akan berdampak signifikan terhadap perbaikan pengelolaan negara. Yang terjadi kemudian adalah kekecewaan masyarakat. Dan apabila itu sudah terjadi maka cukup sulit untuk mendapatkan kepercayaan kembali karena masyarakat saat ini sepertinya telah berfikir praktis dan pragmatis, “sama saja, kami tidak merasakan perubahan”.

Lantas apa yang perlu dilakukan para aktivis dakwah kampus? Itulah pertanyaan yang seharusnya kita jawab bersama-sama. Mempersiapkan sebanyak-banyaknya aktivis dakwah berprestasi yang kompeten di bidangnya serta memiliki integritas moral dan dasar pemahaman tentang cara pandang terhadap jalan hidup yang benar.

Pertanyaan selanjutnya yang muncul adalah bagaimana itu akan terwujud apabila realita di lapangan justru berkebalikan. Banyak mahasiswa berprestasi yang tidak begitu tertarik untuk terlibat dalam aktivitas dakwah kampus, tetapi sebaliknya banyak aktivis dakwah kampus (afwan) yang tidak begitu berprestasi di bidang akademik bahkan untuk segera lulus saja terkendala sekian banyak masalah yang kadang-kadang justru dakwah dijadikan kambing hitam.

Setelah berdiskusi dan mencari informasi dengan teman-teman yang masih aktif di kampus. Ternyata perekrutan tahun ini tidak terlalu ada peningkatan yang signifikan di bandingkan tahun-tahun sebelumnya, bahkan cenderung stagnan. Barangkali itu terjadi karena memang tidak ada inovasi yang berarti dalam proses perekrutan. Lantas bagaimana? Mari kembali pada wacana yang telah disampaikan diatas, “mengkapitalisasi iklim akademis yang kuat untuk optimalisasi proses kaderisasi”.

Kalau kita perhatikan, saat ini hanya beberapa Lembaga Dakwah Kampus saja yang mungkin sudah bisa mengkapitalisasi iklim akademia tersebut. Seringkali kita justru ketinggalan dan kalah branding dengan lembaga yang lain. Dengan diskusi ini kita berharap bisa saling bertukar pikiran dan pengalaman tentang teknis pelaksanaan hal ini. Saat ini LDK belum banyak atau bahkan mungkin belum ada yang memasukkan materi semisal “kiat-kiat berprestasi di kampus” serta mendesian agenda kaderisasi dengan kegiatan training menjadi mahasiswa berprestasi. Bukan berarti LDK meninggalkan materi-materi pembetukan kepribadian muslim yang baik tetapi bagaimana LDK mampu memadukan dua hal tersebut. Materi pembentukan kepribadian dipadukan dengan materi training menjadi mahasiswa berprestasi. Bukankan berprestasi juga merupakan ciri kepribadian muslim yang baik.

Akan muncul pertanyaan dan pernyaatan yang baru lagi. Bukankah hal seperti itu sudah dikelola melalui lembaga dakwah akademis? Itulah justru permasalahan yang terjadi. Dengan pengelolaan yang seperti itu justru menimbulkan pemahaman yang kadang keliru di antara para aktivis dakwah, apalagi yang belum memahami substansi dakwah kampus yang sebenarnya. Masih banyak yang mendikotomikan antara aktivitas dakwah dengan akademis. Seringkali muncul statement: ”Saya tidak pantas di lembaga dakwah akademis karena prestasi akademis saya tidak terlalu bagus”. Di kalangan mahasiswa baru pun akan mucul pemahaman yang keliru : ”Saya aktif di lembaga akademis saja, tidak perlu ikut LDK, karena saya ingin menjadi mahasiswa berprestasi.” Seolah-olah tidak semua aktivis dakwah memiliki hak untuk berpretasi di bidang akademis. Dan seolah-olah LDK bukan tempat para mahasiswa berprestasi dan bukan wadah bagi para mahasiswa yang ingin berprestasi.

Bukankah akan lebih efektif dan efisien ketika kerja dua ranah tersebut diwadahi dalam satu lambaga, yaitu Lembaga Dakwah Kampus. LDK yang memperhatikan pembentukan kepribadian muslim yang baik serta memperhatikan penunjangan prestasi akademis para anggotanya dan mahasiswa pada umumnya. Dalam hal pemberdayaan SDM, hal tersebut akan lebih efisien. Dengan itu tidak akan terlalu banyak lembaga yang membutuhkan aktivis dakwah untuk mengelola, karena sampai saat ini permasalahan klasik tarik ulur kader masih menjadi perdebatan yang hangat. Selain itu, perpaduan ini juga diharapkan memberikan citra positif bagi lembaga dakwah kampus dan ativis dakwah kampus. Dan tidak sekedar citra saja tapi juga realita bahwa para aktivis dakwah kampus adalah mahasiswa berprestasi yang kompeten di bidangnya serta memiliki integritas moral dan dasar pemahaman tentang cara pandang terhadap jalan hidup yang benar.

Sementara itu dulu ulasan tentang satu wacana perbaikan dakwah kampus. Di antara kita pasti masih banyak yang memiliki ide, konsep dan pendapat yang lain yang lebih hebat dari yang sudah diutarakan diatas. MARI BERDISKUSI...

[ markas, 17 Oktober 2010 ]

2 comments:

al said...

masalah kita memang kurangnya kualitas dan profesionalisme. karena ranah dakwahnya kampus, harusnya memang punya akademik yang baik-salah satu amunisi dakwah.

terlalu banyak pos LDK yang harus di isi, klasik. ada solusi?

kaka said...

solusinya di artikel ini, silakan baca selengkapanya...