Followers

Saturday, December 15, 2012

Fastabiqul khoirot bersama pasangan hidup



Sejenak merenungkan kisah Rasulullah serta kisah para sahabat dan keluarganya. Betapa mereka merupakan suri tauladan dalam segala sisi kehidupan. Mereka laksana lentera sejarah yang cahayanya mampu menerangi jalan kehidupan umat manusia sampai akhir zaman. Barang siapa yang selalu berpegang teguh pada ajaran Rasulullah, dan berusaha meneladani para sahabat dalam mengaplikasi ajaran tersebut insyaAllah baginya keselamatan di dunia dan akhirat.

Salah satu hal yang harus kita teladani dari mereka adalah dalam menjalani kehidupan rumah tangga. Mereka benar-benar menjadikan rumah tangga sebagai sarana untuk beribadah kepada Allah dan berjuang di jalan-Nya. Bahkan sejak sebelum menjalani rumah tangga, mereka benar-benar meluruskan orientasi untuk apa mereka menikah. Kita tentunya ingat kisah ketika Abu Bakar & Umar melamar Fatimah binti Muhammad saw. Mereka berdua merupakan sabahat terbaik Rasulullah tapi ternyata Rasulullah tidak "menyerahkan" putrinya untuk salah satu diantara mereka. Meskipun begitu, tidak pernah ada "kotoran" hati diantara mereka. Bahasa kita sekarang fine-fine aja...

Kita juga perlu mengingat kisah luar biasa ketika Abu Darda' mengantarkan Salman Al Farisi untuk melamar seseorang. Coba kita cermati jawaban dari si wanita yang dilamar, "Kalau dinikahi Salman saya tidak mau, tapi kalau dinikahi sama yang mengantar (Abu Darda') saya mau". Bayangkan seandainya kita menjadi Salman, bagaimana perasaan dan reaksi Anda? akankah menangis di tempat? atau memutuskan segera cabut dari tempat tersebut? atau bahkan menyesali kenapa harus mengajak teman?

Tapi Salman tetaplah seoarang sahabat besar Rasulullah yang memiliki kebesaran jiwa. Salman telah memiliki niat & orientasi yang lurus sebelum memutuskan untuk melamar si wanita tersebut. Baginya tidak masalah dengan siapa dia menikah, tapi yang lebih penting adalah untuk apa dia menikah. Begini kurang lebih yang dikatakan Salman; "Jika memang saudaraku Abu Darda' ini berkenan untuk menikahi putri Anda, maka silahkan Anda segera menikahkan putri Anda dengannya. Mahar yang kubawa ini kuberikan sebagai mahar Abu Darda' dan aku yang akan menjadi saksi baginya." Pertanyaan selanjutnya adalah, Siapa yang mau saya antar? hehehe...

Berlanjut ke pokok bahasan, jika mereka para sahabat Rasulullah telah memiliki orientasi yang benar dalam menikah, maka bisa dipastikan akan benar & berkah juga dalam menjalani kehidupan rumah tangga selanjutnya. Ada sebuah kisah dari sahabat yang keluarganya terdiri dari Bapak, Ibu, dan seorang anaknya. Betapa ketiganya selalu menghidupkan setiap malam dengan qiyamul lail bergantian. Kira-kira sang anak di sepertiga malam yang pertama, ibu di sepertiga malam yang kedua, dan bapak di sepertiga malam yang terakhir.

Ada juga kisah tentang keluarga sahabat yang menjamu tamu dengan sengaja meredupkan lampu.  Hal ini tentunya bukan karena untuk mengirit minyak ataupun mengusir tamu secara halus. Karena ingin memuliakan tamu, keluarga tersebut terpaksa menghidangkan satu-satunya porsi makan malam yang seharusnya untuk makan sekeluarga kepada tamu. Mengapa harus meredupkan lampu? Karena mereka tidak ingin tamunya mengetahui bahwa sebenarnya tuan rumah hanya pura-pura membunyikan alat makan supaya terkesan seperti makan bersama. Padahal yang terjadi sesungguhnya tidak ada sedikitpun makanan di piring mereka. Sanggupkah kita melakukan hal ini? laa haula wa laa quwwata illa billah...

Sahabat, saya membayangkan (karena belum mengalami) betapa indahnya rumah tangga yang di dalamnya senantiasa mengalir kebaikan-kebaikan yang tiada terputus. Berbuat baik kepada tetangga, memuliakan tamu, bersedekah kepada yang membutuhkan, menghidupkan rumah dengan bermacam ibadah, amar ma'ruf nahi munkar, ah betapa indahnya...

Terlebih ketika kita mampu menjadikan pasangan hidup kita sebagai partner untuk berfastabiqul khoirot. Ketika menjelang fajar saling berlomba untuk bangun lebih awal dan membangunkan pasangannya. Setelah subuh saling berlomba untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah tanpa harus berdebat ini tugasku dan itu tugasmu.  Ketika sama-sama menjeput rizki dari-Nya saling berlomba untuk mengingatkan sudahkah sholat dhuha dan sedekah pagi ini? Ketika pulang ke rumah saling berlomba untuk berpenampilan yang terbaik untuk pasangannya. Ketika malam saling berlomba untuk mentarbiyah binaan dan anak-anak. Ketika menjelang tidur saling berlomba untuk selalu membahagiakan pasangannya...

Ya Allah ya Rabb kami, berikanlah kami kekuatan untuk selalu menjadikan rumah tangga kami sebagai sarana untuk meraih ridho-Mu... Aamiin...

No comments: