Melihat pemberitaan media tentang partai dakwah akhir-akhir
ini rasanya dada terasa sesak. Mengapa selalu saja berita “buruk” partai ini
seolah-olah menjadi berita berharga bagi para wartawan. Tidakkah mereka melihat
bahwa proses hukum sedang berjalan dan ujung cerita masih bisa bermacam
kemungkinan. Tapi selalu saja judul-judul berita di media itu menjadi dakwaan
sebelum benar-benar ada dakwaan di pengadilan. Tapi apa boleh buat, kita tak
kuasa menghalangi para pembuat berita itu untuk sangat mencintai dan terus
mencintai partai ini.
Ya benar, karena cintalah mereka selalu menjadikan partai
dakwah sebagai headline di berbagai media. Jika untuk bisa muncul di media,
konon katanya sebuah partai atau instansi harus membayar sejumlah uang yang
tidak sedikit, tapi tidak untuk partai dakwah ini. Tanpa uang sepeser pun,
hampir setiap hari, pagi, siang, dan sore, partai ini selalu menjadi headline
news baik di media elektronik, cetak, maupun online. Kita harus bersyukur
diberikan sarana sosialisasi gratis menjelang pemilu tahun depan.
Ikhwah, mari kita melapangkan dada & meregangkan
urat-urat saraf kita dalam mengikuti berbagai pemberitaan di media tentang
partai dakwah ini. Jangan terlau dibikin pusing dan jangan sampai mengganggu
keceriaan hari-hari kita, apalagi sampai menghentikan amal-amal kebaikan kita
bersama jama’ah ini. Apabila pemberitaan itu buruk, mari jadikan instropeksi
buat diri kita. Barangkali memang ada kesalahan dalam diri kita yangmembuat
orang lain tidak suka terhadap kita. Kalau pada akhirnya kesalahan itu memang
terbukti, kita harus dengan ksatria mengakui dan meminta maaf serta bertaubat.
Toh jama’ah ini hanyalah jama’ah manusia yang tidak mungkin bersih sempurna
dari kesalahan.
Meski kita melihat ada satu dua orang oknum yang melakukan
kesalahan, mari bersabar dan tetap beramal. Tidak ada yang perlu diresahkan
apabila setiap hari kita masih berkomitmen dengan sholat 5 waktu. Tak ada yang
perlu dikhawatirkan, karena meski dengan tertatih, kita juga masih
menyelesaikan satu juz tilawah alqur’an. Dan kita pun tak lengah untuk terus
berusaha berdiri di waktu malam untuk sholat tahajud dan sholat dhuha di pagi
harinya. Setiap pekan sekali kita mengaji, bercengkerama dengan ikhwah yang
lain untuk saling mengingatkan, serta membahas agenda-agenda dakwah yang telah
dan akan dilaksanakan. Apabila semua itu masih kita pertahankan, maka izinkan
saya untuk berkata “sabarlah ikhwah, insyaAllah kita di jalan yang benar.”