Setelah 5 tahun menunggu,
akhirnya bisa kembali mengunjungi puncak merapi. Jarak homebase saya dengan
merapi sebenarnya tidak terlalu jauh, tapi aktivitas saya dan kondisi merapi
lah yang kerap kali menghalangi kami bertemu. Ada sebongkah perasaan rindu dalam
beberapa waktu terakhir setelah Merapi menunjukkan kehebatannya 2011 lalu.
Alhamdulillah, malam tanggal 17
Mei 2012 (bertepatan dengan malam Isro’ Mi’raj 27 Rajab 1433) Allah memberikan
kesempatan kepada saya untuk kembali mengunjungi puncak Merapi. Pendakian
dimulai pukul 11.30 malam melalui Jalur
basecamp New Selo Bayolali, jalur yang sama saya lewati tahun awal tahun 2007
lalu, pasalnya itu jalur satu-satunya yang dibuka setelah erupsi Merapi 2011.
Pendakian kali ini cukup berat
meskipun Merapi tergolong gunung yang tidak terlalu tinggi. Pasir dan batu
sisa-sia erupsi membuat jalan lebih licin dari biasanya. Jumlah tim yang
26orang pun menjadikan pendakian sedikit lebih lambat karena harus saling
menunggu. Tetapi meskipun waktu perjalanan lebih lama dari yang diperkirakan,
kami beruntung bisa sampai di Pasar Bubrah menjelang subuh. Pasar Bubrah adalah
tanah yang cukup lapang di etapi terakhir pendakian Merapi sebelum puncak.
Tempat ini sering digunakan sebagai tempat camp para pendaki yang ingin lebih
lama di atas. Tempat yang sekarang sudah banyak dengan batu-batu besar ini
cukup untuk dijadikan tempat camp ratusan pendaki . Dari sini pula kami bisa
menyaksikan matahari terbit dengan sangat jelas.
Setelah menunggu langit lebih
terang, kami melanjutkan pendakian di ke
puncak tertinggi Merapi. Jalur ini merupakan jalur terberat sejak awal
pendakian. Batu, kerikil, dan pasir yang ahanya memenuhi jalur puncak ini. Dengan
kemiringan yang lebih dari 60 derajat, jalur ini mamaksa para pendaki untuk
merangkak layaknya orang panjat tebing. Sekitar separoh dari tim kami bahkan
menyerah di jalur terakhir ini. Tapi saya dengan beberapa teman akhirnya sampai
di puncak tertinggi dan bisa melihat kawah baru yang terbentuk setelah erupsi.
Subhanallah, Allahu Akbar, Allah
Maha Kuasa yang menjadikan Merapi berkuasa di depan mata-mata manusia yang
sering kali merasa paling berkuasa. Tak ada satu orang pun yang mampu menghalangi
ketika Merapi memuntahkan sebagian besar isi perutnya. Tak ada satu “pawang”
pun yang mampu menjinakkan ketika Mineral dan awan panas menyembur keluar dan
menghanguskan semua yang dilewati. Merapi, hanyalah salah satu dari pasukan
Allah di bumi. Dia tidak akan pernah berbuat sesuatu kecuali atas perintah
komandannya, Allah Rabbul Izzati.
Segala Puji bagi-Mu ya Rabbi yang menjadikan Merapi sebagai pelajaran
bagi kami. Terima kasih Merapi, yang setia setiap hari merelakan punggungmu
dipijaki para pendaki. Sampai jumpa,
insyaAllah lain waktu kita akan bertemu lagi...